Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kurikulum adalah
suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara
sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara
pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus
mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual,
baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu,
merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang..
Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan
ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok
peserta didik yang paling pas dengan zamannya.
Perubahan kurikulum
dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan
ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung
tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu
penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut.
Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru,
sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga
sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada
tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit
terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum
terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
1.2.2 Bagaimana terbentuknya kurikulum
1984?
1.2.3 Apa yang mendasari perubahan
kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984?
1.2.4 Perbaikan apa saja yang terdapat
dalam kurikulum 1984?
1.2.5 Apa saja ciri-ciri umum kurikulum
1984?
1.2.6 Kebjakan apa saja yang terdapat
dalam kurikulum 1984?
1.2.7 Apa hakikat CBSA?
1.2.8 Prinsip apa saja yang terdapat dalam
CBSA?
1.2.9 Apa saja kelebihan dan kekurangan
dalam kurikulum 1984?
1.2.10 Apakah implementasi kurikulum 1984
dalam pengajaran matematika?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
agar pembaca dapat mengetahui:
1.3.1 Pengertian kurikulum
1.3.2 Sejarah terbentuknya kurikulum 1984
1.3.3 Dasar perubahan kurikulum 1975
menjadi kurikulum 1984
1.3.4 Perbaikan yang terdapat dalam
kurikulum 1984
1.3.5 Ciri-ciri umum kurikulum 1984
1.3.6 Kebjakan yang terdapat dalam
kurikulum 1984
1.3.7 Hakikat CBSA
1.3.8 Prinsip yang terdapat dalam CBSA
1.3.9 Kelebihan dan kekurangan dalam
kurikulum 1984
1.3.10 Implementasi kurikulum 1984 dalam
pengajaran matematika
Bab
II
Pembahasan
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam arti sempit adalah:
“Sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di
perguruan tinggi yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat“. Sedangkan menurut Oemar
Hamalik, “Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
murid untuk memperoleh ijazah”. Kurikulum menurut pengertian modren
adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang di rencanakan dan di
organisir untuk di atasi siswa untuk mencapai tujuan dan merupakan keseluruhan
usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar.
Dalam pendidikan formal
kurikulum merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengajaran,
saat itu asumsi yang di bangun adalah kurikulum yang merupakan wahana belajar
mengajar yang dinamis dan dikembangkan terus menerus sesuai dengan kondisi dan
perkembangan masyarakat, kurikulum ini berlaku selama 9 tahun. Karena pengajaran berpangkal
padanya. Dalam kurikulum terangkum pula pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana
seorang anak didik diarahkan dalam perkembangan
segenap potensinya. Kurikulum selalu menyangkut persoalan mengenai apa
yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu diajarkan, karena itu
kurikulum tidak terlepas dari pengajaran.
B. Sejarah Perkembangan Kurikulum
1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum.
Kurikulum ini disusun karena kurikulum terdahulu dianggap memiliki banyak
kekurangan,
Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam
kurikulum 1984 yakni
1. Pelaksanaan
PSPB
2. Penyesuaian
tujuan dan struktur program kurikulum
3. Pemilihan
kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik
4. Pelaksanaan
pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan dengan kecepatan
belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984
banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif
mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan
proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984
mengusung process skill approach.
Kurikulum ini merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh karena itu juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny
R. Semiawan, kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang
juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.
C. Dasar Perubahan Kurikulum
Kurikulum 1984 merupakan perbaikan
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1975.Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Dalam
kurikulum 1984 ini posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975
kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa unsur dalam
GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara
materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
3. Terdapat kesenjangan antara
program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
4. Terlalu padatnya isi kurikulum
yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB) sebagai bidang pendidikan yang
berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai
sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6. Pengadaan program studi baru
(seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
D. Perbaikan dalam kurikulum 1984
1. Peninjauan kembali secara menyeluruh
kurikulum yang berlaku melalui pendekatan pengembangan dengan bertitik tolak
pada:
a) Pilihan kemampuan dasar, baik
pengetahuan maupun keterampilan yang perlu dikuasai dalam pembentukan kemampuan
dan watak peserta didik.
b) Keterpaduan dan keserasian antara
matra kognitif, afektif dan psikomotorik.
c) Penyesuaian tujuan dan struktur
kurikulum dengan perkembangan masyarakat, pembangunan, ilmu pegetahuan dan
teknologi.
2. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa sebagai bidang/program yang berdiri sendiri, dari Taman Kanak-Kanak
sampai dengan Sekolah Menengah Tingkat Atas, termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
3. Pengadaan program studi baru yang
merupakan usaha memenuhi kebutuhan perkembangan di lapangan kerja. Salah satu
prinsip pengembangan kurikulum 1984 adalah prinsip dekonsentrasi yang mempunyai
arti adanya pembagian kewenangan dalam pengembangan kurikulum antara Pusat dan
Daerah. Kewenangan daerah dalam hal ini terutama terletak pada pengembangan
keterampilan yang sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat dan lapangan kerja
di daerah. Untuk maksud ini maka Staf Bidang Dikdas dan Dikmenum, Kanwil
Depdikbud memerlukan koordinasi/kerjasama dengan Kantor Depdikbud tingkat
Kabupatan dan atau Tingkat Kecamatan, Instansi lain yang terkait, misalnya
Kanwil Depnaker, KADIN, dan Perusahaan, Pemerintah Daerah antara lain Gubernur,
Walikota/Bupati, khususnya BAPPEDA.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksudkan dengan
perangkat kurikulum 1984 adalah :
1) Landasan,
Program, dan Pengembangan
2) Garis-Garis
Besar Program Pengajaran
3) Pedoman-pedoman
Pelaksanaan Kurikulum 1984
E. Ciri-ciri Umum dari Kurikulum
CBSA
1. Berorientasi
pada tujuan instruksional
2. Pendekatan
pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
3. Pelaksanaan
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
4. Materi
pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin
banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
5. Menanamkan
pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga
sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
F. Kebijakan dalam
penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1.
Adanya perubahan dalam perangkat mata
pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada
Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang
termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia,
Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi,
Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
2.
Penambahan mata pelajaran pilihan yang
sesuai dengan jurusan masing-masing.
3.
Perubahan program jurusan. Kalau semula
pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka
dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A
terdiri dari:
a.
A1, penekanan pada mata pelajaran
Fisika
b.
A2, penekanan pada mata pelajaran
Biologi
c.
A3, penekanan pada mata pelajaran
Ekonomi
d.
A4, penekanan pada mata pelajaran
Bahasa dan Budaya.
Sedangkan
program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan
dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat
program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk
sementara ditiadakan.
4. Pentahapan
waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984
dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di
kelas yang lebih tinggi.
G. Hakikat Cara
Belajar Siswa Aktif
Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum
1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran
matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika. Revolusi ini
diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan
matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam
negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru,
yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut
antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah
dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di
satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum
sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara
belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika
sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti
komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah
agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Guru supaya meningkatkan
profesinalisme
b) Dalam buku paket harus dimasukkan
kegiatan yang menggunakan kalkulator dan computer
c) Sinkronisasi dan kesinambungan
pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
d) Pengevaluasian hasil pembelajaran
e) Prinsip CBSA di pelihara terus
Keaktifan
dalam model CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai
maksud ini dalam hal di persyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai
bentuk keaktifan fisik. Salah satu cara untuk meninjau derajat ke CBSA-an di
dalam peristiwa belajar mengajar adalah dengan menkonsepsikan rentangan antara
dua kutub gaya mengajar. McKeachie mengemukakan tujuh dimensi di dalam proses
belajar mengajar,yang didalamnya dapat terjadi variasi kadar ke CBSA-san.
Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah :
1. Partisipasi siswa di dalam menetapkan
tujuan kegiatan belajar mengajar
2. Tekanan pada aspek afektif dalam
pengajaran.
3. Partispasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
4. Penerimaan (acceptance) guru
terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama
sekali salah.
5. Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
6. Kebebasan atau lebih tepat
kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan -keputusan
penting dalam kehidupan sekolah.
7. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk
menanggulangi masalah pribadi siswa baik aatau tidak maupun yang berhubungan
dengan pelajaran(Hasibuan, 1995:9)
Hakikat
CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional peserta didik dalam
proses belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a) Proses
asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan.
b) Proses
perbuatan dan pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam pembentukan
keterampilan.
c) Proses
penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan nilai dan
sikap.
H. Prinsip-prinsip
CBSA
Nurdin dan Usman mengemukakan
tentang prinsip-prinsip CBSA yaitu sebagai berikut:
1.
Yang terlihat atau
tampak pada peserta didik
a.
Keberanian untuk
mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat pada anak dalam suatu
proses belajar-mengajar.
b.
Keinginan dan
keberanian untuk mencari kesempatan guna berpartisipasi dalam persiapan proses
dan tindak lanjut suatu kegiatan belajar mengajar
c.
Berbagai usaha serta
kreatifitas pada diri peserta didik dala mrnyelesaikan kegiatan belajarnya
hingga mencapai tingkat keberhasila dalam suatu proses belajar mengajar.
d.
Dorongan ingin tahu
yang besar dari peseta didik untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru
dalam proses belajar mengajar.
e.
Rasa bebas dan lapang
mengerjakan sesuatu tanpa tekanana dari siapapun, termasuk guru di dalam proses
belajar mengajar.
2.
Yang terlihat pada
dimensi guru
a. Usaha
membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan peserta
didik/siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
b. Kemampuan
menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai innovator dan motivator yang
senantiasa mau menemukan hal-hal yang baru dalam PBM
c. Sikap
yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam
keseluruhan proses belajar mengajar.
d. Pemberian
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama serta tingkat
kemampuan masing-masing dalam proses belajar mengajar.
e. Kemampuan
untuk menggunakan semacam strategi belajar mengajar serta pendekatan
multi-media dalam prosesbelajar mengajar.
3.
Yang terlihat pada
dimensi program
a. Tujuan
pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang dapat memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
b. Program
yang memungkinkan terjadinya pengembanan konsep maupun aktivitas peserta didik
dalam proses belajar mengajar.
c.
Program yang tidak kaku
dalam penentuan media dan metode, dimana semua peserta didik memahaminya dalam
proses belajar mengajar.
Pendekatan CBSA dapat
diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik :
a. Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan
waktu luang dirumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar
aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari,
dan menilai penguasaan bahan sendiri. Hal ini akan memberikan manfaat yang baik
dalam menunjang keberhasilan belajar disekolah.
b. Pembelajaran individual
Pembelajaran
individual adalah pembelajaran yang disesuailan dengan karakteristik perbedaan
individu tiap siswa, seperti minat abilitet, bakat, kecerdasan, dsb.guru dapat
mempersiapkan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedangkan pilihan diakukan
oleh siswa masing-masing dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara
perseorangan.
c. Belajar kelompok
Belajar
kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Taknik pelaksanaannya dapat
dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi
terbimbing, dan diskusi ceramah.
d. Tanya jawab
Kegiatan
tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara
kelompok dengan kelompok lainnyamemberikan peluang cukup banyak bagi setiap
siswa belajar aktif. Kurikulum dasar CBSA akan lebih besar jika
pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab
oleh siswa lainnya.
e. Belajar inquiriy/discovery (belajar
mandiri)
Dalam
strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya
memecahkan masalah. Mereka sendiri yang merumuskan masalah, mengumpulkan
masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan serta
mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini keaktifan siswa belajar
memang lebbih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing,
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar
mandiri.
I. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum
1984
b. Kelebihan kurikulum 1984
2.
Kurikulum ini memuat materi dan metode
yang disebut secara rinci, sehingga guru
dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
3.
Prakarsa
siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang
ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat.
4.
Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar
yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam
melaksanakan tugas.
5.
Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
6.
Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi,
baik intelektual maupun sosial.
7.
Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang
diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif.
c. Kelemahan kurikulum 1984
1.
Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di
ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok.
2.
Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada
materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, Sehingga
membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang
tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3.
Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga
dia menolak pendapat peserta lain.
4.
Siswa yang
pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh
akan ketinggalan.
5.
Peranan guru yang
lebih banyak sebagai fasilitator, Sehingga prakarsa serta
tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
6.
Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran
menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7.
Guru kurang berperan aktif.
J. Implementasi
Kurikulum 1984 dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika kedua. Diawali
oleh kekhawatiran Negara maju yang akan disusul oleh Negara-negara terbelakang
saat itu, seperti Jerman Barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Perubahan
kurikulum 1975 ke 1984 sebenarnya tidak terlalu banyak baik dari sisi materi
maupun cara pengajarannya. Perbedaan utama dengan kurikulum sebelumnya, pada
kurikulum 1984 materi pengenalan komputer mulai diberikan.Menurut Ruseffendi
(1988,h.102), dimasukannya materi komputer ke dalam kurikulum matematika
sekolah merupakan suatu langkah maju. Hal ini dapat dipahami, karena penggunaan
alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator dapat memungkinkan siswa
untuk dapat melakukan kegaiatan eksplorasi dalam proses matematika mereka baik
dengan menggunakan pola-pola bilangan maupun grafik. Teori Belajar yang digunakan
pada kurikulum 1984 juga lebih bersifat campuran antara teori pengaitan, aliran
psikologi perkembangan dan aliran tingkah laku.
Contoh beberapa
materi yang ditambahkan dalam kurikulum ini diantaranya:
- Permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
- Di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kurikulum yang terus berubah bertujuan untuk memperbaiki
dan memperbaharui dalam proses penyempurnaan kurikulum yang sebelumnya agar sesuai dengan
tantangan masa depan yang terus maju. Kurikulum 1984 merupakan hasil
penyempurnaan dari kurikulum 1975. Secara umum, isi dari kurikulum 1984
mengarah pada orientasi pelajaran yang menekankan pada keseimbangan
antara kognitif, keterampilan, sikap, antara teori dan praktik, menunjang akan
tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Kualifikasi lulusan lebih jelas
dan terarah pada lapangan pekerjaan tertentu. Mengandung unsur peningkatan
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Orientasi kurikulum pada
pendekatan bidang studi program yang terbagi menjadi 2 program yang
dilaksanakan oleh SMA yakni program A program-program yang disesuaikan
dengan kepentingan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan program
B program yang disesuaikan dengan bidang-bidang kehidupan di
masyarakat (ketrampilan). Pada program B untuk SMA dimaksudkan untuk
memberikan bekal dasar ketrampilan, tetapi bagi SMK program-program yang ada di
program B akan didapat secara mendalam.
3.2 Saran
Sebenarnya kurikulum dengan model
CBSA ini sangat bagus, namun seharusnya sebelum diterapkan di sekolah-sekolah
diadakan sosialisasi, pelatihan serta bimbingan mengenai kurikulum ini.
Daftar
Pustaka
As’ari,
A.R., 2000, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika Makalah
disajikan pada Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan Matematika pada
Pendidikan Dasar, Malang: UM Malang.
Krismanto,
Al, 2000, Penilaian Bahan Penataran Guru SLTP, Yogyakarta:
PPPG Matematika Yogyakarta.
Winataputra,
H. Udin S., 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas
Terbuka
Sumber
lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar