Bahwa manusia
tahu akan sesuatu, rasanya tak disangkal seseorang. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan
dirinya sendiri, akan orang-orang lain, ia tahu akan yang baik dan akan yang
buruk, akan yang indah dan yang tidak indah.
Gejala tahu
a.
Manusia ingin tahu
b.
Manusia ingin tahu yang benar
c.
Obyek tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada
d.
Manusia tahu bahwa ia tahu
PENGETAHUAN
Orang yang tahu disebut
mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan
tidak lain dari hasil tahu. Dalam
pengetahuan ada pengakuan sesuatu terhadap sesuatu, dasar pengakuan itu disebut
subyek dan yang diakui terhadap subyek itu namanya predikat.
Dua macam pengetahuan
Contoh putusan
‘gunung itu tinggi’, putusan itu berlaku hanya untuk gunung tertentu yang satu
itu saja, karena pengetahuannya pun hanya tentang gunung yang satu itu saja.
Begitu pula
putusan ‘segitiga itu lancip’ hanya berlaku bagi segitiga yang satu itu saja.Lain
halnya dengan putusan segitiga itu jumlah sudutnya adalah 180º.
Oleh karena dua
macam putusan itu mengutarakan pengetahuan, berlakunya putusannya ada dua macam
pengetahuan yaitu :
-
pengetahuan khusus yang mengenai satu saja
-
dan pengetahuan umum, yang berlaku bagi seluruh
macamnya.
Pengetahuan umum
ini memang agak aneh, sebab yang bersentuhan dengan manusia itu ialah yang
khusus, tidaklah manusia yang berindra itu bertemu dengan yang umum.Manusia
mengetahui pengetahuan umum ini juga melalui indranya, jadi melalui persentuhan
dengan yang khusus, satu persatu.Persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya
itulah yang disebut kebenaran.Kebenaran
ialah, penyesuaian antara tahu dengan obyeknya.
Keyakinan adalah
sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran, tetapi kebenaran yang
diselidiki sendiri.Percaya ialah menerima kebenaran demi kewibawaan.
TINGKATAN PENGETAHUAN
Pengetahuan biasa,.Pengetahuan
yang dipergunakan orang, terutama untuk hidupnya sehari-hari di namai
pengetahuan biasa.
Ilmu. Kalau
pengetahuan yang disebut ilmu itu menghasilkan guna bagi yang tahu itu atau
bagi umat manusia pada umumnya, syukurlah, tetapi tujuannya pertama ialah tahu
yang mendalam, sedapat mugkin tahu benar, apa sebabnya demikian dan mengapa
harus demikian.
Sifat ilmiah
a. oleh karena ilmu
itu dalam dasarnya memang sama dengan pengetahuan, maka ada obyeknya pula. Tujuan ilmu yang utama ialah untuk mencapai
kebenaran. Itulah sebenarnya maka juga
dikatakan, bahwa ilmu berobyektivitas.
b. Cara untuk
mencari kebenaran dalam ilmu ini disebut metodos, dari kata yunani ‘ hodos’:
cara, jalan. Sifat ilmu yang kedua, ilmu harus bermetodos.
c. Ilmu sedapat
mungkin haruslah universal. Susunan dari hal yang ada hubungannya satu sama
lain dan merupakan keseluruhan ini disebut system.
Dengan demikian
jika pengetahuan hendak disebut ilmu, maka haruslah : berobyektivitas,
bermetodos, universal dan bersistem.
Cara kerja
ilmiah
Descartes
merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya
mencapai kebenaran sbb :
-
Janganlah sekali-kali menerima sesuatu sebagai
kebenaran
-
Carilah jawabannya secukupnya
-
Aturlah pikiran dan pengetahuan kita demikian rupa
-
Buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya
Tujuan
penyelidikan ialah kebenaran.Demi keyakinan ahli ilmu bahwa mencari kebenaran
ini tidak mudah, maka dengan tekun carilah metodos untuk tiap-tiap ilmu.
Tugas
penyelidik.
-
Mengumpulkan sebanyak mungkin fakta.
-
Deskripsi fakta
-
Pemilihan atau klasifikasi
-
Analisa
-
Pengambilan keputusan dan perumusannya
Hipotesa bukti.Kesimpulannya
itu merupakan yang disebut hipotesa atau teori.
Hipotesa ilmiah: mengutarakan jawab sementara terhadap problema tadi
Hukum alam.Dari
beberapa gejala alam, bagaimanapun banyaknya gejala itu, suatu keharusan karena
tertentukan oleh alam itu sendiri.Hukum alam itu tidak memustahilkan adanya
kejadian istimewa yang betentangan dengan hukum alam, menimbulkan kejadian luar
biasa itu.
Bermacam-macam
ilmu.Seorang filsuf jerman Willhelm Dilthey pembagian ilmu menjadi dua golongan
: a. naturwissenschaften (ilmu alam) dan geisteswissenchaften (ilmu
sosial). Jadi ilmu alam ialah ilmu yang
berobyek fakta alam dan ilmu sosial menyelidiki fenomena yang dalam terjadinya
banyak-sedikitnya terpengaruhi oleh kehendak manusia.
Filsafat.Kita
ketahui di atas bagaimana besar arti pengalaman, sehingga manusia seakan-akan
dari jalan itu dapat mencapai yang umum.Karena pengalaman hanya menyentuh yang
khusus belaka, yang umum itu justru di luar pengalaman, yang umum itu mengatasi
pengalaman.
Pengetahuan
supra ilmiah.pengetahuan ini tidak mengingkari atau merendahkan fenoma, itu pun
diselidiki juga sebagai pangkal pengetahuan, hendak mencakup obyeknya itu lebih
mendalam lagi, yang seumum-umumnya.
Definisi
filsafat.Filsafat ialah ilmu yang mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
Sejarah
nama filsafat. Nama filsafat ini dari
kata Yunani filosofia, kata-berangkai dari kata ‘filein’ yang berarti cinta dan
‘sofia’ yang berarti, kebijaksanaan.Jadi filsafat atau filosofia berarti cinta
kepada kebijaksanaan.Karena kebijaksanaan ini berusaha mencari keterangan atau
sebab yang sungguh pertama atau merupakan dasar segala sebab.
Setelah
Aristoteles timbullah aliran-aliran lain dalam kalangan ahli pikir yang
mencantumkan dalam pengertian kebijaksanaan ini tidak lagi hanya pengetahuan sejati,
melainkan kebahagiaan atau sekurang-kurangnya ketenangan hidup.
Bagian
filsafat. Secara umum dapat dikatakan ,
bahwa yang ditelaah oleh filsafat ialah ada. Ini pun sesuai dengan obyek forma
dari filsafat, sebab dasar semua hal yang ada ialah adanya itu, itulah titik
pertemuannya dan itulah dasar yang sedalam-dalamnya.
Otologia,
metaphysica generalis.Kalau ada itu sungguh ada, memang diakui keumumannya,
tetapi dalam kesungguhan adalah yang bermacam-macam. Filsafat yang boleh kami namai filsafat-ada-umum
disebut dengan nama umum : ontologia (on – ada ).
Teologia
naturalis, Theodicea.Pengamatan ini adalah ada khusus, satu per satu, berlainan
dan berubah.Kalau sekiranya ada-mutlak itu diterima, maka muncullah
penyelidikan tentang Tuhan melalui budi belaka, jadi ada filsafat tentang
Tuhan.Namanya ialah theologia naturalis atau Theodicea.Teologis yang menerima
kebenaran melalui wahyu, jadi melewati jalan adil-kodrati (supernaturalis).
Cosmologia. Bagian filsafat mengenai alam; namanya filsafat alam atau cosmologia.
Anthropologia,
metaphysica.Bagi filsafat di antara segala yang ada di dunia ini yang paling
penting adalah manusia, karena manusia itulah yang menyelidikinya.
Ikhtisar :
seperti yang dikemukakan di atas obyek filsafat ialah ada, maka terdapatlah
ada-umum da nada-khusus.
Ada :
-
Ada umum, ontologia, metaphysica generalis ada-mutlak.
Fils. Ada mutlak (theologia naturalis, theodicea).
-
Ada khusus, ada td.mutlak :
a. Fils. Alam
(cosmologia)
b. Fils. Manusia
(anthropologia metaphysica)
c. Fils. Tingkah
laku (ethica)
d. Fils. Budi
logica : (major, minor)
ILMU, FILSAFAT
DAN AGAMA
Filsafat dan
ilmu.Kalau ada yang menjawab hidup dan alam taka ada artinya, tak bertujuan
serta sebaliknya kalau ada pendapat bahwa ada nilai hidup pada umumnya, pun
hidup manusia serta alam manusia yang hidup itu ada tujuannya pula, maka
semuanya itu, apa merupakan jawab yang positif atau negative, bukanlah jawab
ilmiah, melainkan filsafat.
Beda antara ilmu
dan filsafat ternyata juga dari cara berpikir manusia. Fakta itu khusus, namun
ilmu harus berkisar pada fakta.Adapun realitas yang dihadapi ilmu itu selalu
khusus, satu per satu (Individual).Dalam kekhususannya itu realitas
bermacam-macam.Filsafat itu lalu seumum-umumnya, juga tak membatasi diri dalam
pengalaman atau data apapun juga.
Walaupun
demikian antara ilmu dan filsafat ada juga hubungannya, sampai dimana dan
bagaimana budi manusia itu dapat mencapai kebenaran itu.Sebaliknya filsafat pun
memerlukan data dari ilmu.
Dalam sejarah
memang ternyata adalah diadakan pemikiran tentang kesebaban ini dan pendapat
misalnya : tak adalah sesungguhnya pengaruh suatu hal terhadap hal yang lain
sehingga mempengaruhi adanya atau terjadinya.
Adapula yang
berpendapat, bahwa ilmu boleh mengakui adanya hukum sebab akibat tetapi dalam
arti: adalah sesuatu yang selalu mendahului hal lain (terjadi), yang boleh
dikatakan selalu mendahului hal lain (terjadi), yang boleh dikatakan selalu
berhubungan satu sama lain (S.Stebbing).
Benar-tidaknya
pendapat tentang causalitas ini bukanlah sekarang bahan penyelidikan, mereka
sendiri mengatakan bahwa kesebaban ini tidak dapat dialami, jadi di atas pengalaman, maka penyelidikan
ini adalah di dalam wilayah metafisika.
Filsafat dan
agama. Obyek forma filsafat ialah :
mencari sebab yang sedalam-dalamnya.
Rumusan definisi ini ada baiknya, karena lalu tercantumkam sekaligus
yang menjadi obyek formanya serta juga alat penerangan untuk menyoroti obyek
forma itu. Dari pada itu kami majukan
sekarang bagaimana beda dan hubungan antara filsafat dengan agama.
Agama ialah keseluruhan
pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup dan mati, tingkah-laku serta baik-buruknya
yang berlandaskan wahyu.Wahyu ialah penerangan Tuhan secara istimewa kepada
manusia, entah secara langsung, entah secara tidak langsung (misalnya melalui
wakil atau utusannya).
Agama ini pun
diilmukan.Oleh karena filsafat menyelidiki segala sesuatunya, pertemuan bahan
penyelidikan dengan teologia banyak juga.
Filsafat menyelidiki dan
mempunyai pendapat tentang Tuhan, semuanya itu dicapai melalui budi yang
dimiliki demi kodratnya, maka pengetahuan filsafat tentang Tuhan dan
lain-lainnya ini adalah pengetahuan kodrati.
Teologia itu
otonom, dalam rumusan hasil penyelidikannya yang juga sama dengan pengetahuan
manusia yang lain seperti ilmu dan filsafat.
Oleh karena filsafat itu menyelidiki segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, dapat saja agama yang terang ada itu difilsafatkan. Dalam agama peniaian itu di dasarkan atas
firman Tuhan yang telah diterima oleh agama tertentu itu: kalau melanggar
perintah Tuhan itu tidak baik.
Oleh karena
semua pengetahuan itu maksudnya hendak menuju kepada kebenaran, maka sebetulnya
dalam prinsipnya takkan ada konflik antara ilmu, filsafat dan teologia. Keselarasan dalam pengetahuan akan tercapai
dan takkan ia menyinggung dan tersinggung, kalau ternyata bahwa masih ada
bidang lain yang bukan miliknya.
PERSOALAN PENGETAHUAN
Adapun yang kami
maksud dengan kebenaran ialah kebenaran logis, jadi artinya tidaklah lain
daripada pengetahuan yang benar, kebenaran dalam pengertian itu menimlbulkan
persoalan yang harus dijawab.
Soalnya.Faktanya
ada dua macam pengetahuan. Ternyata dua pengetahuan ini sifatnya boleh
dikatakan sama sekali bertentangan, sedangkan yang tahu itu satu (manusia) dan
yang di ketahui (obyeknya) satu pula.
Kuno (Yunani)
a. Pada permulaan
filsafat Yunani adalah usaha ahli pikir didaerah yang disebut tanah Yunani
maupun rantaunya (kolone) yang mencoba mencari inti alam yang melingkungi
mereka. Yang menjadi keterangan
sedalam-dalamnya bagi alam ialah gerak..
b. Parmenides (540-475)
dilahirkan di Elea, lain sekali pendapatnya.
Menurutnya pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan yang umum, yang
di sebutnya pengetahuan budi.
Pertentangan antara Herakleitos dan Parmenides ini menjadi pertentangan
dalam hal pengetahuan, yang hingga sekarang ini belum ada penyelesaiannya yang
memuaskan semua pihak. Permenides
mencoba membuktikan, bahwa gerak itu sungguh tak ada.
c. Yang mecoba
tidak hanya mengakui adanya dua macam pengetahuan itu, tetapi juga menerangkan
kebenarannya serta menerangkan mengapa ada pengetahuan. Pengamatan ini memang amat penting bagi
sokrates dan ini menjadi pegangan teguh bagi plato. Di akui benar olehnya bahwa
manusia mempunyai pengetahuan yang dicapai dengan pengamatan.
d. Lain lagi
penyelesaian yang diberikan oleh murid Plato yang bernama Aristoteles yang
pengaruhnya dalam bidang filsafat amat besar, dikatakan sampai sekarang ini
juga. Tundakan manusia untuk
menanggalkan sifat yang menyebabkan serta mengambil yang sama ini di sebut
pengabstrakan, hasilnya ialah pengetahuan yang abstrak. Idea ini adalah sifat inti dari hal yang
kongkrit.
Abad
pertengahan.Setelah kekuasaan dari Yunani pindah ke kerajaan Romawi dan melalui
orang Romawi kebudayaan Yunani boleh dikatakan menjadi milik Eropa.Baru pada
abad sepuluh timbul pertanyaan apakah sebenarnya idea yang juga dinamai
conceptus atau universale.Universal merupakan realitas sehingga harus di
pandang semacam biji.
Terasa benar
ketegangan dan ketidak pastian yang terdapat pada filsafat dan keterangan
mereka terhadap ilmu tidak memuaskan, sedangkan kemajuan ilmu amat pesat.
a. Maka inginlah
seorang ahli pikir, Rene Descartes (1596-1650), untuk merintis jalan guna
mencapai kepastian dalam pengetahuan pada umumnya.
b. Kesimpulan mereka
: hanya pengalaman (empiri) sajalah satu-satunya sumber pengetahuan aliran ini
di sebut empirisme. Salah seorang ahli pikir inggris, David Hume mengemukakan
pendapat seluruh pengetahuan itu menurutnya tak lain dari pada jumlah
pengalaman kita. Begitu pula pengertian
lainnya yang tetap dan umum itu semuanya ada halnya. Menurut Hume pengetahuan
budi tak dapat diterima persesuaiannya dengan obyeknya.
c. Seorang ahli
pikir bangsa Jerman Immanuel Kant, mencoba mengadakan penyelidikan sampai
dimana kebenaran pengetahuan kita itu serta bagaimana cara kita mempunyai
pengetahuan yang sifatnya bertentangan satu sama lain itu? Penyelidikan itu
ditulisnya dalam bukunya yang amat mashyur bernama, Kritik der reinen
Vernunft’. Maka dalam penyelidikannya di
utarakan oleh Kant manusia memang dala, persentuhan dengan indranya terhadap
obyek hanya menerima gejala yang tidak teratur.
Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, pengolahan
dari manusia merupakan pembentukannya.
Dewasa ini. Beberapa aliran yang terkenal serta
berpengaruh dalam filsafat dewasa ini .
a. Idealisme yang
berkembang di Jerman terutama diutarakan oleh filsuf J.G.Fichte (1762-1814)
mengatakan bahwa sebenarnya yang ada itu subyek yang berpikir itu. Obyek itu ada hanya karena dipikirkan. Memang
idealism dalam arti ini di Jerman amat subur, pada arti umum lalu bermaksud hendak menerangkan yang khusus
dari yang umum yang disebut mereka idea itu.
F.W.J. Schelling (1775-1854) berpendapat bahwa sesungguhnya yang ada
ialah aku yang berpikir itu, tetapi sebaliknya obyeknya itu juga bukan
pertentangan semata-mata dari subyek.
G.W.F. Hegel (770-1831) lain idealismenya. Ia hanya mengakui idea, itu
ada. Idea dan ada itu sama.Perkembangan ada atau idea inilah yang merupakan
dunia seluruhnya dengan manusianya serta negaranya dan dengan sejarahnya pula.
Perkembangan idea itu menurut aturan (hukum, yang dinamai dialektika).
b. Walaupun agak
lain jalan pikirannya, akan tetapi asal mulanya sebenarnya sama, ialah pendapat
positivism, yang dipelopori oleh A. Comte (1798-1857).
c. Pendekatan
pandangan alam secara positif ini amat dekat kepada pandangan yang memang
timbul kemudian yang biasanya disebut materialisme. Teranglah disini, bahwa
kalau ada kebenaran, maka itu hanya tercapai oleh pengetahuan indra.
d. Masa sesudah
Kant ini belumlah memberi penyelesaian terhadap soal hebat mengenai pengetahuan
– amat bertentangan juga. Idealisme
mengingkari adanya realitas alam, materialism hanya menerima realitas alam,
alam itu satu-satunya realitas.
Maka dari pada itu tidak heranlah, bahwa lambat laun timbullah aliran
yang menamai dirinya realism kritis, artinya mengakui realitas sepenuhnya, baik
umum maupun khusus.
Menurut Bergson adalah dua aspek hidup pada manusia. Keinginan dan pendorong hidup disebut ‘elan
vital’ .disini menurut Husserl ada kerja sama antara subyek dan obyek daripada
itu dalam pengenalan ada factor subyektif juga.
e. Memang
pengetahuan manusia yang disebut pengetahuan-indra yang bersifat khusus itu
benar, adapun putusan itu hanya boleh
disebut benar, karena mengenai aspek dari obyeknya: benarlah kalau aspek yang
dikemukakan oleh dan dalam putusan itu sesuai dengan realitasnya (memang
terdapat pada obyeknya). Tidak berarti bahwa ada persesuaian dengan aspek
obyeknya yang diketahuinya.
Dalam tiap
pengenalan, demikianlah kami cenderung mengatakan, adalah kerjasama yang
bersamaan waktunya juga antara kemampuan-kemampuan manusia yang dimilikinya.Jika
pada permulaan buku ini kami majukan hal abstraksi, ini memang merupakan
kelemahan dan kekuatan manusia sekaligus.Ternyatalah bahwa aspek umum dari
realitas itu amat berguna bagi manusia.
Dalam hal ini kami tidak mau mengatakan, bahwa kebenaran itu hanya
terdapat pada kegunaannya saja sebagai
dimajukan oleh kaum penganut pragmatism, seperti misalnya William James
(1842-1910) dan kemudian John Dawey (1859-1952) yang mengajun ukuran kebenaran
bukan lagi persesuaian pengetahuan dengan obyeknya, melainkan kegunaan dari
hasil tahu itu.
Bagi kami
haruslah manusia selalu berusaha mencapai kebenaran, itu tujuan tahu entah rahu
ini berupa pengetahuan biasa, entah disebut ilmu entah disebut filsafat.
oleh: Violita Magdalena Nangoy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar