Aliran
psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi
hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu
pembelajaran ini disebut juga pembelajaran perilaku.
Teori belajar menurut aliran ini
adalah: (1) hasil belajar tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia
tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon; (2) agar hasil belajar
optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa sehinga mudah direspon
siswa; (3) siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan
antara stimulus dan respon tersebut.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran adalah bahwa pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi, sehingga belajar adalah pemerolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang
yang belajar atau pebelajar. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian
halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi
dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan
dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan
yang akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
Dalam teori pembelajaran perilaku
mencakup beberapa aspek yaitu:
1. Perlu diberikan penguatan untuk
meningkatkan motivasi belajar.
2. Pemberian penguatan bisa berupa
penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
3. Hukuman dapat digunakan sebagai alat
pembelajaran tapi perlu hati-hati. Hukuman dapat dipikirkan sebagai alat
pendidikan terakhir setelah anak melakukan kenakalan, namun pada pelaksanaannya
pendidik tidak boleh sambil marah atau dendam.
4. Kesegeraan konsekuensi. Perilaku
belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.
5. Pembentukan. Pendidik dikatakan
telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.
Penerapan prinsip pembelajaran
menurut aliran behavioristik secara umum sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan instruksional
2. Menganalisis lingkungan kelas
termasuk identifikasi perilaku masukan peserta didik
3. Menentukan materi pelajaran
4. Memecahkan materi pelajaran menjadi
bagian kecil-kecil
5. Menyajikan materi pelajaran
6. Memberikan stimulus seperti
pertanyaan, latihan, tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon
peserta didik
8. Memberikan penguatan
9. Memberikan stimulus baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar