Tiga tokoh penting dalam pengembangan
pembelajaran menurut aliran kognitif adalah Piaget, Bruner dan Ausubel.
1. Jean Piaget
Piaget memiliki asumsi dasar
kecerdasan manusia dan biologi organism berfungsi dengan cara yang sama.
Keduanya adalah sistem terorganisasi yang secara konstan berinteraksi dengan
lingkungan.
Pengetahuan merupakan interaksi
antara individu dengan lingkungan. Outcome dari perkembangan kognitif adalah
konstruksi dari schema kegiatan, operasi konkret dan operasi formal.
Komponen perkembangan kognitif adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur
secara seimbang. Memfasilitasi berpikir logis melalui ekperimentasi dengan
objek nyata, yang didukung boleh interaksi antara peer dan guru. (Schema adalah
struktur terorganisasi yang merefleksikan pengetahuan, pengalaman, dan harapan
dari individu terhadap berbagai aspek dunia nyata).
Piaget mengemukakan tiga prinsip
utama pembelajaran , yaitu (1) Belajar aktif, (2) Belajar lewat interaksi social, (3) Belajar
lewat pengalaman sendiri.
a
Belajar Aktif
Proses
pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam
subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu
diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,
misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol; mengajukan
pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri
dengan penemuan temannya.
Jadi
prinsip belajar aktif yaitu Menciptakan suatu
kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.
b
Belajar lewat interaksi social
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan
terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama
baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu
perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang
dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan
semakin beragam.
Didalam prinsip ini
pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu Menciptakan suasana yang memungkinkan
adanya interaksi antar siswa
c
Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata
maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif
seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
Pembelajaran disekolah hendaknya
dimulai dengan memberikan pengalaman-pengalaman nyata dari pada dengan
pemberitahuan-pemberitahuan, atau pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya harus
persis seperti yang diinginkan pendidik. Disamping akan membelenggu anak, dan
tiadanya interaksi social, belajar verbal tidak menunjang perkembangan kognitif
anak yang lebih bermakna.
2. Brunner
Brunner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok
yang perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan
mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Maka
dalam pengajaran di sekolah Brunner mengaukan bahwa dalam pembelajaran
hendaknya mencakup:
a
Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah
pembelajaran yang membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan
masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan dan penemuan
serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan
pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalaman-pengalaman untuk melakukan
sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman yang positif. Karena
itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan.
Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh
pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
b
Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas
dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak. Struktur pengetahuan
mempunyai tiga cirri yang mempengaruhi kemampuan untuk menguasainya.
1) Penyajian (made of representation)
Penyajian dilakukan dengan cara enaktif, ikonik dan
simbolik. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan yang bersifat
manipulative. Dengan cara ini anak akan mengetahui suatu aspek dari kenyataan
tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata, jadi berupa penyajian kejadian lampau
melalui respon motorik yang didasarkan pada belajar tentang respon-respon dan
bentuk-bentuk kebiasaan.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal.
Penyajiannya dengan sekumpulan gambar-gambar
yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya
konsep itu.
Cara penyajian simbolik. Perpindahan dari penggunaan
penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik didasarkan pada system
berfikir abstrak, arbriter dan lebih fleksibel. Penyajian simbolik dibuktikan
oleh kemauan seseorang lebih memperhatikan proporsi atau pernyataan daripada
objek.
2) Ekonomis
Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan
sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk
mencapai pemahaman. Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari peserta
didik untuk memahami sesuatu, makin banyak langkah-langkah yang harus ditempuh.
3) Kekuatan
Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diartikan sebagai
kemampuan penyajian itu untuk menghubungkan hal-hal yang keliyatannya terpisah.
c
Perincian urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing
melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang
telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa
dalam menguasai materi tersebut. Yang mempengaruhi dalam urutan optimal suatu
materi adalah factor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat
materi pelajaran dan perbedaan individu.
d
Cara pemberian “reinforcement”
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam
pembelajaran yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner
mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan
yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah dorongan
bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang
bersifat intrinsic.
3. David Ausubel
Ausuble mngemukakan tentang belajar bermakna (meaningful
learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan
konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Prasyarat belajar bermakna adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara
potensial dan anaj yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat
prinsip pembelajaran, antara lain:
a
Pengatur Awal (Advance Organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam
membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam
materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang mempunyai struktur yang
teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok bahasan
sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna.
b
Diferensiasi Progresif
Di dalam proses belajar bermakna perlu
adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsure yang paling
umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih
mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
c
Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi
dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses
belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal
baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas
dan inklusif.
d
Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama
atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa,
sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dank e
bawah selama informasi disajikan.
Implikasi prinsip pembelajaran
menurut aliran behavioristik secara umum sebagai berikut
a. guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar