Bahasa
baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi.
Bahasa baku utamanya digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat yang
mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan
dan kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta
penggunaan di masyarakat (pemerintah, sekolah, dll).
Bahasa
baku tidak dapat dipakai untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk komunikasi
resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan pembicaraan dengan orang
yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu, dipakai ragam tak baku.
B.
Fungsi
Bahasa Baku
Secara umum, fungsi
bahasa baku adalah sebagai berikut:
1.
Pemersatu, pemakaian
bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan
masyarakat bahasa.
2.
Pemberi kekhasan,
pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan pemakaian bahasa lainnya.
3.
Pembawa kewibawaan,
pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4.
Kerangka acuan, bahasa
baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa seseorang atau sekelompok
orang.
C.
Sifat-sifat
Bahasa Baku
a.
Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan Kaidah bahasa. Kalau kata ‘rasa’ dibubuhi awalah ‘per-‘ akan terbentuk kata perasa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin. Bukan pengrajin. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, lepas landas merupakan contoh dari kemantapan kaidah bahasa baku. Sedangkan dinamis artinya tidak statis, tidak kaku,. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
Mantap artinya sesuai dengan Kaidah bahasa. Kalau kata ‘rasa’ dibubuhi awalah ‘per-‘ akan terbentuk kata perasa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin. Bukan pengrajin. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, lepas landas merupakan contoh dari kemantapan kaidah bahasa baku. Sedangkan dinamis artinya tidak statis, tidak kaku,. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b.
Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah). Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai berikut : rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. Frase rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut : rumah aneh milik sang jutawan akan dijual atau rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah). Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai berikut : rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. Frase rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut : rumah aneh milik sang jutawan akan dijual atau rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
c.
Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembekuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pancaran titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramuniagara dan pramuniagari andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward dan stewardess dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardess sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramuniagara dan pramuniagari.
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembekuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pancaran titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramuniagara dan pramuniagari andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward dan stewardess dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardess sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramuniagara dan pramuniagari.
D.
Ciri-ciri
Bahasa Baku
1.Tidak
dipengaruhi bahasa daerah
Baku
|
Tidak Baku
|
Saya
|
gue
|
Ibu
|
nyokap
|
Ayah
|
bokap
|
2.Tidak
dipengaruhi bahasa asing
Baku
|
Tidak Baku
|
Banyak guru
|
Banyak
guru-guru
|
Itu benar
|
Itu adalah
benar
|
Kesempatan
lain
|
Lain
kesempatan
|
3.Bukan
merupakan bahasa percakapan
Baku
|
Tidak
baku
|
Bagaimana
|
Gimana
|
Tidak
|
Nggak
|
menelpon
|
Telepon
|
4.Pemakaian
imbuhan secara eksplisit
Baku
|
Tidak
baku
|
Ia
mendengarkan radio
|
ia dengarkan
radio
|
anak
itu menangis
|
anak itu
nangis
|
kami
bermain bola di lapangan
|
kami main bola
di lapangan
|
5.Pemakaian yang
sesuai dengan konteks kalimat
Baku
|
Tidak
baku
|
sehubungan
dengan
|
Sehubungan
|
seorang pasien
|
seseorang
pasien
|
dan lain
sebagainya
|
dan sebagainya
|
6.Tidak
mengandung makna ganda, tidak rancu
Baku
|
Tidak baku
|
Menghemat
waktu
|
Mempersingkat
waktu
|
Mengatasi
berbagai ketinggalan
|
Mengejar
ketinggalan
|
Mengajar siswa
|
Mengajar
matematika
|
7.Tidak
mengandung arti pleonasme
Pleonasme
merupakan pemakaian kata yang tidak seharusnya digunakan, Suatu kalimat dapat
disebut pleonasme jika kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap
putuh. Sehingga kalimat dapat menjadi lebih efektif dan dapat membantu
memperlancar jalan bahasa serta menjadikan kalimat tersebut lebih memiliki
kesan yang kuat.
Baku
|
Tidak
baku
|
Mulai kecil ia memang nakal.
|
Mulai dari
kecil ia memang nakal.
|
Semua
buku itu sudah pernah saya baca.
|
Semua
buku-buku itu sudah pernah saya baca.
|
Andi
turun.
|
Andi turun ke
bawah.
|
8.Tidak
mengandung hiperkorek
Menurut
Van Pemis, Gejala hiperkorek berarti kata yang sudah betul dibetul-betulkan
sehingga menjadi tidak betul atau tidak baku. Hiperkorek biasanya terjadi
ketika penggantian huruf /f/ dengan /p/ atau sebaliknya dan penggantian huruf
/s/ dengan /sy/ atau sebaliknya.
Baku
|
Tidak baku
|
fondasi
|
Pondasi
|
figuran
|
piguran
|
sah
|
syah
|
Sumber
: Arifin, Zaenal E., Tasai, Amran S. 2008. Cermat
Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo .
Arigatou gan
BalasHapusArigatou gan
BalasHapus