A. Pilihan Kata atau Diksi
Diksi
dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang
untuk mengungkapkan sebuah cerita.Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi
atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam
menyampaikan gagasan.
b. Pengarang harus memiliki kemampuan
dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang
ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa pembaca.
c. Menguasai berbagai macam kosakata
dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif,
dan efisien.
Syarat-Syarat Pemilihan Kata
a. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam
alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan
apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata
secara objektif.Makna denotatif sering disebut makna konseptual.Misalnya, kata
makan yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif,
makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.Kata makan pada makna
konotatif berarti untung atau pukul.Makna konotatif selalu berubah dari zaman
ke kata umum, jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
b. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang
acuannya dapat diserap oleh pancaindra.Misalnya meja, zaman.Contoh lainnya
misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotative
adalah kamar yang kecil.
c. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya
lebih luas.Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau
khusus.Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah
mujair, lele, gurami, gabus, koi.Contoh lainnya misalnya lele dapat
menjadirumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.Sedangkan kata abstrak
adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra.Misalnya perdamaian,
gagasan.Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit.Kata abstrak
dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan
tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
d.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih
yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya
kata cermat dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama
persis.
e.
Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata
logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia.Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam
berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah,
laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi.Selain itu digunakan pada acara-acara
resmi.Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi
sehari-hari masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata-kata
tersebut.
Kata Ilmiah:
Kata Popular:
Analogi
Kiasan
Final
Akhir
Diskriminasi
Perbedaan Perlakuan
Prediksi
Ramalan
Kontradiksi
Pertentangan
Format
Ukuran
Anarki
Kekacauan
Biodata
Biografi Singkat
Bibliografi
Daftar Pustaka
Fungsi dari diksi
a. Untuk mencegah kesalah pahaman
b. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
c. Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal
d. Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
e. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
B.
GAYA BAHASA
Gaya
bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis
sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tertulis
Jenis – Jenis Majas
A. Majas Perbandingan
1. Alegori: Menyatakan dengan cara
lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia
seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit
ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang
tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak
terlihat batang hidungnya.
3. Simile: Pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
4. Metafora: Gaya Bahasa yang
membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama
atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan
menampakkan diri.
5. Antropomorfisme: Metafora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal
yang bukan manusia
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu
ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra
lainnya.
7. Antonomasia: Penggunaan sifat
sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok
dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia: Pengungkapan berupa
penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum).
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum).
10. Hipokorisme: Penggunaan nama
timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan
kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado
yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. Hiperbola: Pengungkapan yang
melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk
akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
13. Personifikasi: Pengungkapan dengan
menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan
tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian
dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya.
16. Totum pro parte: Pengungkapan
keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.contoh:Indonesia
bertanding volly melawan Thailand.
17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata
yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas
atau dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan
tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang
sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau
nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.Perifrasa: Ungkapan yang
panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
21. Eponim: Menjadikan nama orang
sebagai tempat atau pranata.contoh:Kita bermain ke rumah Ina.
22. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
23. Asosiasi: perbandingan terhadap dua
hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit, susah
mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
B.
Majas Sindiran
1. Ironi: Sindiran dengan
menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta
tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2. Sarkasme: Sindiran langsung dan
kasar.
3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat
mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar
dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. Satire: Ungkapan yang menggunakan
sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll.Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
C. Majas Penegasan
1.
Apofasis:
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2.
Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke atas.
3.
Repetisi:
Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4.
Pararima:
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5.
Aliterasi:
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6.
Paralelisme:
Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7.
Tautologi:
Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8.
Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9.
Antanaklasis:
Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10.
Klimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11.
Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12.
Inversi:
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13.
Retoris:
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan
tersebut.
14.
Elipsis:
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15.
Koreksio:
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16.
Polisindenton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17.
Asindeton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18.
Interupsi:
Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19.
Eksklamasio:
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20.
Enumerasio:
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21.
Preterito:
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22.
Alonim:
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
D.
Majas Pertentangan
1.
Paradoks: Pengungkapan dengan
menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya
benar.
2.
Oksimoron: Paradoks dalam satu
frasa.
3.
Antitesis: Pengungkapan dengan
menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
Sumber :
Abdul Halim.2014.Diksi dan Gaya Bahasa.http://abdulhalimsolkan.blogspot.com/
2014/01/diksi-dan-gaya-bahasa.html
Arifin, Zaenal E., Tasai, Amran S. 2008. Cermat
Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Akademika Pressindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar