Cisadane
merupakan sebuah sungai yang membentang disepanjang Kota Tangerang, sedangkan
Kota Tangerang sendiri merupakan sebuah kota yang berada diperbatasan provinsi
Banten dan Jakarta. Kota tangerang merupakan kota perbatasan, tak heran jika
mayoritas penduduknya merupakan transmigran-transmigran yang berasal dari
berbagai suku dan budaya seperti Jawa,
Sunda, Padang, Batak, Tionghoa dan masih banyak lagi suku lainnya. Hal tersebut mengakibatkan kultur budaya yang berada
ditangerang juga beragam, seperti Tari Lenggang Cisadane yang merupakan perpaduan
unsur budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, dan
Arab. Adapula Gambang kromong (atau ditulis gambang
keromong) yang merupakan
sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti
sukong, tehyan dan kongahyan.
Kota Tangerang memiliki beragam kultur budaya yang
dapat dieksplorasi dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu
pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
(Dispodbudpar) mengadakan serangkaian kegiatan Kebudayaan tahunan yang diberi nama “Festival Cisadane”.
Festival Cisadane
adalah Program Pemerintah Kota Tangerang,
sebagai event tahunan
diselenggarakan tepian sungai cisadane. Festival Cisadane menampilkan prosesi
puncak-puncak kreatifitas daerah yang merefleksikan orsinalitas, kemandirian
dan kearifan lokal, merupakan gambaran perjalanan dinamika Kota Tangerang
menuju kepada wujud persatuan dan kesatuan NKRI yang kita dambakan.
Sesungguhnya potensi seni dan budaya yang tersebar luas diseluruh wilayah
Indonesia berkembang pesat di Kota Tangerang, ini merupakan kekayaan sekaligus
kekuatan yang tidak ternilai. Karena keberadaannya, sesama warga masyarakat
dari suatu daerah dengan daerah lainnya bisa saling mengenal, memahami dan
menghargai satu sama lain, yang berujung pada terpeliharanya toleransi,
integritas, rasa persatuan dan kesatuan.
Festival
Cisadane secara filososfis dan historis lahir dari adanya upacara Pe’cun atau
lomba Perahu Naga. Pe’cun secara harfiah berarti mendayung perahu, yang
dilatar belakangi oleh sebuah sejarah seorang pejabat negeri Cho Dinasti Ciu di
negeri Tiongkok yang bernama Khut Guan, Pejabat yang jujur, setia kepada negara
dan sangat disegani. Didalam perjalanan kepemimpinannya beliau difitnah oleh
lawan politiknya dan akhirnya diasingkan oleh Negara. Dipengasingan
Khut Guan sangat sedih melihat Negara mengalami kehancuran semenjak ditinggalkannya,
hingga akhirnya beliau memutuskan untuk terjun ke sungai dengan mengikat batu
besar ketubuh lalu menenggelamkan diri kedalam sungai. Di Tangerang lomba
Pe’cun ini sudah mentradisi sejak puluhan tahun silam dengan sungai Cisadane
sebagai tempat penyelenggaraan berlangsung dan sangat meriah, selain dari pada
itu Pe’cun merupakan salah satu bentuk keanekaragaman budaya di Indonesia yang
memiliki nilai kepahlawanan dan semangat dalam bingkai persatuan dan kesatuan
masyarakat Tangerang khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Pada tahun
ini, Festival dibuka dengan pawai atau karnaval puluhan perahu yang memenuhi
Kali Cisadane. Ada perahu pemadam kebakaran yang membuka barisan dengan
semprotan air mancur raksasanya. Ada perahu pembawa liong alias naga. Ada
perahu pembawa barongsai. Ada perahu pembawa warga dengan aneka ragam pakaian
adat dari seluruh Nusantara. Ada pula deretan perahu peserta dari berbagai
perusahaan di Kota Tangerang yang turut memeriahkan karnaval. Sore hingga senja
tersebut, ribuan masyarakat Tangerang dan para pendatang berbaur dengan
berderet di sepanjang bantaran Kali Cisadane. Suasana nampak sangat meriah dan
penuh kegembiraan.
Di samping
sajian utama berbagai lomba yang dilaksanakan di Kali Cisadane, di sepanjang
Jalan Benteng Jaya juga dipenuhi dengan ribuan stand. Mulai stand perwakilan
kantor pemerintahan yang ingin lebih mendekatkan diri dan bersosialisasi
berbagai program pemabangunan kepada masyarakat, juga stand dari setiap kecamatan
di wilayah Kota Tangerang, hingga stand dari berbagai pengusaha yang turut
memanfaatkan keramaian festival untuk lebih menggerakkan roda bisnisnya.
Keberadaan stand-stand tersebut akan memuaskan para pengunjung untuk menikmati
berbagai sajian, mulai dari kuliner makanan khas, berbagai permainan
tradisional, pentas seni budaya, hingga aneka macam kebutuhan masyarakat.
Festival yang berlangsung selama sepekan ini akan dipenuhi
dengan berbagai acara yang sangat menarik. Ada acara lomba perahu naga, lomba
perahu dayung, lomba gethek, pentas lenong, pentas band, hingga pentas wayang
golek dan wayang kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar