Bidang
pengetahuan sebagai perwujudan dari interaksi filsafat dengan matematika yang
sangat menarik perhatian filsuf dan/atau ahli matematik disebut dengan berbagai
nama, yakni:
–
philosophy of mathematics (filsafat matematik)
–
foundations of mathematics (landasan matematik)
–
metamathematics (adi-matematik)
–
Mathematical Philosophy (filsafat kematematikaan)
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematika
merupakan hasil Pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika itu
sendiri. Filsafat sebagai rangkaian aktivitas dari budi manusiapada dasarnya
adalah pemikiran reflektif (reflective thinking). Pemikiran relatif atau untuk
singkatnya refleksi (reflection) dapat dicirikan sabagai jenis pemikiran yang
rediri atas mempertimbangkan secara cermat suatu pokok soal dalam pikiran dan
memberikannya perhatian yang sungguh-sungguh dan terus-menerus (the kind of
thinking that consits in turning a subject over in the mind ang giving it
serious and consecutive consideration). Suatu pendapat lain yang mirip
merumuskannya sebagai pertimbangan cermat secara penuh perhatian beberapa kali
terhadap hal yang sama (thinking attentively several times over of the
same thing). Dalam sebuah kamus psikologi refective thinking dianggap sepadan
denag logikal thinking (pemikiran logis), yakni aktivitas budi manusia yang
diarahkan sesuai dengan kaida-kaida logika.
Dengan
demikian filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran relatif terhadap
matematika. Matematika menjadi suatu pokok soal yang dipertimbangkan secara
cermat dan dengan penuh perhatian. Pemikiran filsafati juga bersifat reflektif
dalam arti menengok diri sendiri untuk memahami bekerjanya budi itu sendiri.
Ciri reflektif yang demikian itu ditekankan oleh filsuf Inggris R.G.
Collingwood yang menyatakan ”philosophy is reflektive. The philosophizing mind
never simply thinks also about any object, thinks also about its own thought
about that object.” (filsafat bersifat relektif tidaklah semata-mata berpikir
tentang suatu obyek; sambil berpikir tentang sesuatu obyek,budi itu senantiasa
berpikir juga tentang pemikirannya sendiri mengenai obyek itu). Jadi budi
manusia yang diarahkan untuk menelaah obyek-obyek tertentu sehingga melahirkan
matematika kemudian juga memantul berpikir tentang matematika sehingga
menumbuhkan filsafat matematik agar memperoleh pemahaman apa dan
bagaimana sesungguhnya matematika itu.
Di
antara ahli-ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan pendapat
mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah
dikutipkan perumusan-perumusan dari 2 buku matematik dan 22 kamus filsafat yang
berikut :
1).
”A philosophy of mathematics might be described as a viewpoint from which
the various bits and pieces of mathematics can be organized and unifiet by some
basic principles.” (suatu filsafat matematik dapatlah dilukiskan sebagai suatu
sudut pandang yang dari situ pelbagai bagian dan kepingan
matematik dapat disusun dan dipersatukan berdasarkan
beberapa asas dasar).
2).
”In particular, a philosophy of mathematics essentially amounts to an
attempted reconstruction in which the chaotic mass of mathematical
knowledge accumulated over the ages is given a certain sense or order.”
(Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu
percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahun matematika yang
kacau balau yang terhimpun seama berabat-abat diberi suatu makna atau
ketertiban tetentu.)
3)
”The study of the concepts of and justification for the principles used in
mathematis.”(Penelaahan tentang konsep dari pembenaran terhadap asas-asas yang
dipergunakan dalam matemarik.)
4)
“The study of the concepts and systems appearing in matematics, and of the
justification of matematical statements.(Penelaahan tentang konsep-konsep dan
sistem-sistem yang terdapat dalam matematika, dan mengenai pembenaran terhadap
pernyataan-pernyataan matematika.)
Dua
pendapat yang pertama dari ahli-ahli matematika menitikberatkan filsafat
matematika sebagai usaha menyusun dan menerbitkan bagian-bagian dari matematika
yang selama ini terus berkembangbiak. Sedang 2 definisi berikutnya dari ahli
filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang konsep-konsep
dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pernyataan matemati.
Menurut
pendapat filsuf Belanda Evert Beth disampingnya matematika sendiri dan filsafat
umum harus pula dibedakan adanya 2 bidang pemikiran lainnya,yakni filsafat
matematika dalam arti yang lebih luas (philosophy of matematics in a broader
sense) dan penelitian mengenai landasan matematik (foundations of
matematics).Landasan matematika kadang-kadang dipersamakan pengertiannya dengan
filsafat matematika.Foundations of matematics khususnya
bersangkutpaut dengan konsep-konsep dan asas-asas fundamental (fundamental
concepts and principles) yang dipergunakan dalam matematika. Dengan demikian
kedua, definisiphilosophy of matematics dari
kamus-kamus filsafat tersebut di atas lebih merupakan batasan dari pengertian
landasan matematik. Charles Parsons dalam The Encyclopedia of philosohy
megaskan :”Foundational research has always been concerned with the
problem of justifying mathematical statements and priciples,
with understading why certain evident propositions are evident, with providing
the justification of accepted principles which seem not quite evident, and with
finding and casting off principles which are unjustified.”(Penelitian
landasan senatiasa bersangkutan dengan masalah tentang pembenaran terhadap
pernyataan-pernyataan dan asas-asas matematik, dengan pemahaman mengapa
proposisi-proposisi tertentu yang jelas sendirinya adalah demikian, degan
pemberian pembenaran terhada asas-asas yang telah diterima yang tampaknya tidak
sendirinya begitu jelas, dan dengan penemuan dan penaggalan asas-asas yang tak
terbenarkan.)
Dari
konsep pokok dan prisip dasar foundations of mathematics meneruskan penelaannya
sehingga sampai pada sifat alami (nature) dari matamatik dan bahkan juga
tentang metode matematik. Hal ini tegaskan dalamEncyclopaedia Britannica sebagai
berikut :
”The
study of the foundations of mathematics has dealt with the concepts, and the
assumptions about those concepts, with which mathematics starts. Especially
since 1900, foundational investigations have come to include also an inquiry
into the nature of mathematical theories and the scope of mathematical
methods.” (Penelaahan tentang landasan matematika telah bersangkut paut dengan
konsep-konsep dan patokan pikiran-patokan pikiran mengenai konsep-konsep itu
yang dengannya matematik bermula. Khususnya setelah 1900
penyelidikan-penyelidikan landasan berlangsung hingga mencakup suatu
penyelidikan terhadap sifat alami dari teori-teori matematika dan lingkupan
dari metode-metode matematika).
Dengan
adanya perluasan pokok soal dan permasalahan yang ditelaah itu dapatlah
dimengerti bilamana foundations of mathematics seolah-olah identik dengan
philosophy of mathematics. Tetapi seperti telah dinyatakan di muka landasan
matematika sesungguhnya kalah luas dibandingkan dengan filsafat matematika.
Seorang ahli matematika menyatakan bahwa perkataan ’foudations’ bilamana
dipakai oleh para ahli matematika mengacu pada studi tentang sifat alami yang
mendasar dari matematika (studies of the basic nature of mathematics).
Dalam
abad 20 ini studi mengenai sifat alami dari matematik menumbuhkan 3 mazhab
landasan matematika yang terkenal dengan nama logisisme,formalisme, dan
intuitionisme. Mazhab logisisme dipelopori oleh filsuf Inggris Bertrand Arthur
William Russell. Dalam 1903 terbitlah buku beliau The Principles of Mathematics yang berpegang pada
pendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan
prinsip-prinsip logika dari prinsip-prinsip logika. Dengan demikian matematik
dan logika merupakan bidang yang sama karena seluruh konsep dan dalil matematik
dapat diturunkan dari logika. Dalam sebuah karya tulis lainnya Russell
menegaskan hubungan antara matematik dan logika itu sebagai berikut:
”Foundational research has always been concerned with
the problem of justifying mathematical statements and principles, with
understanding why certain evident propositions are evident,wuth providing the
justification of accepted principles which seem not principles which are
unjustifien.” (penelitian landasan senantiasa bersangkutan dengan masalah
tentang pembenaran terhadap pernyataan-pernyataan dan asas-asas matematika,
dengan pemahaman mengapa proposisi-proposisi tertentu yang jelas sendirinya
adalah demikian, dengan pemberian pembenaran terhadap asas-asas yang telah
diterima yang tampaknya tidak sendirinya begitu jelas, dan dengan penemuan dan
penanggalan asas-asas yang tak terbenarkan.)
Dari
konsep pokok dan prinsip dasar foundations of mathematics meneruskan
penelaahannya sehingga sampai pada sifat alami (nature) dari matematik dan
bahkan juga tentang metode matematik, Hal ini ditegaskan dalamEncyclopaedia Britannica sebagai berikut :
”The study of the foundations of mathenatics has dealt
with the concepts, and the assumptions about those concepts, with which
mathematics atarts. Espencially since 1900, foundational investigations have
come to include also an inquiry into the nature of mathematical theories and
the scope of mathematical methods.” (Penelaahan tentang landasan matematika
telah bersangkut paut dengan konsep-konsep dan patokan pikiran-patokan pikiran
mengenai konsep-konsep itu yang dengannya matematika bermula. Khususnya setelah
1900 penyelidikan-penyelidikan landasan berlangsng hingga mencakup suatu
penyelidikan terhadap sifat alami dari teori-teori matematika dan lingkupan
dari metode-metode matematika.)
Dengan
adanya perluasan pokok soal dan permasalahan yang ditelaah itu dapatlah
dimengerti bilamana foundations of mathematics seolah-olah identik dengan
philosophy of mathematics. Tetapi seperti telah dinyatakan dimuka landasan
matematika sesunggunya kalah luas dibandingkan dengan filsafat matematika.
Seorang ahli matematika menyatakan bahwa perkataan ”foundations” bilamana
dipakai oleh para ahli matematika mengacu pada studi tentang sifat alami yang
mendasar dari matematika (studies of the basic nature of mathematics).
Dalam
abad 20 ini studi mengenai sifat alami dari matematik menumbuhkan 3 mazhab
landasan matematika yang terkenal dengan nama logisisme, formalisme,dan
intuitonisme. Mazhab logisisme dipelopori oleh filsuf Inggris Bertrand
Arthur William Russell. Dalam 1930 terbitlah buku beliau The Principles of mathematicsyang berpegang pada
pendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan
prinsip-prinsip logika dari prinsip-prinsip logika. Dengan demikian matematika
dan logika merupakan bidang yang sama karena seluruh konsep dan dalil
matematika dapat diturunkan dari logika. Dalam sebuah karya tulis lainnya
Russell menegaskan hubungan antara matematika dan logika itu sebagai berikut :
”But
both have developed in moden times : logic has become more mathematical and
mathematics has become more logical. The consequence is that it has now become
wholly impossible to draw a line between the two; in fact, the two are one.
They differ as boy and man : logic is the youth of mathematics and mathematics
is the manhood of logic.” (Tetapi kedua-duanya berkembang dalam zaman modern:
logika telah menjadi lebih bersifat matematis dan matematika menjadi lebih
logis. Akibaynya ialah bahwa kini menjadi sepenuhnya tak mungkin untuk menarik
suatu garis di antara keduanya ; sesungguhnya dua hal itu merupakan satu.
Mereka berbeda seperti anak dan orang dewasa : logika merupakan masa muda dari
matematik dan matematik merupakan masa dewasa dari logika.)
Mazhab
landasan matematika formalime dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman
David Hilbert. Menurut Mazhab ini sifat alami dari matematika ialah sebagai
sifat lambing yang formal. Matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat
structural dari symbol-simboldan poses pengolahan terhadap lambing-lambang itu.
Simbol-simbol dianggap mewakili pelbagai sasran yang menjadi obyek matematika.
Bilangan-bilangan misalnya dipandang sebagai sifat-sifat structural yang paling
sederhanan dari benda-benda. Dengan simbolisme abstrak yang dilepaskan dari
sesuatu arti tertentu dan hanya menunjukkan bentuknya saja Mazhab formalisme
berusaha menyelidiki struktur dari pelbagai sistem. Berdasarkan landasan
pemikiran itu seorang pendukung Mazhab tersebut merumuskan matematik sebagai
ilmu tentang sistem-sistem formal (Mathematics is the science of formal
systems.)
Berlawanan
dengan Mazhab formalisme berkembanglah mazhab landasan matematika intuitionisme
yang dipelopori oleh ahli matematik Belanda Luitzen Egbertus Jan Brouwer.
Beliau berpendirian bahwa matematik adalah sama dengan bagian yang eksak dari memikiran
manusia.
Ketepatan
dalil-dalil matematika terletak dalam akal manusia ( human intellect) dan tidak
pada symbol-simbol di atas kertas sebagaimana di yakini oleh mazhab formalisme.
Dalam pemikiran mazhab intuitionisme matematik berlandaskan suatu ilham dasar (
basic intuitio)mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang
tak terbatas. Ilham ini pada hekatnya merupakan suatu aktivita berpirir yang
tak tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolisme, sertabersifat
obyektif.
Istilah
’foundations’ dalam bidang keilmuan mempunyai makna-makna berlainan. Oleh
karena itu untuk kejelasan maknanya kadang-kadang dibubuhi cirinya yang
dimaksud. Dalam kaitannya dengan matematika orang menegaskannya dengan istilah
’logical foundations of mathematics’(landasan logismatematik).Istilah ’logical
foundations’dapat juga di persamakan dengan ’philosophical foundations’
(landasan filsafati) seperti misalnya dilakukan oleh filsuf Rudolf Carnap
(1891-1970). Dengan landasan logis atau filsafati itu para ahli sesuatu bidang
ilmu disadarkan terhadap kemungkinan keterbatasan dan kesalahan dari
patokanpikiran-patokanpikiran yang dipergunakannya sebagai pangkal dalam
ilmunya.
Selain
landasan matematika yang kadang-kadang secara kurang tepat dipersamakan dengan
filsafat matematika, ada lagi suatu bidang pengetahuan yang juga dicampuradukan
dengan philosophy of mathematics, yakni metamathematics
(adi-matematik).Misalnya Arthur Pap yang menegaskan perbedaan antara
mathematics dan meta-mathematics menyatakan bahwa meta-mathematics menyatakan
bahwa meta-mathematics disebut juga ”philosophy of mathematics”.28
Prkataan
Yunani ’meta’ berarti diluar, diatas, dibalik atau sesudah. Dalam hubungannya
dengan sesuatu cabang ilmu atau bidang pengetahuan awalan meta umumnya
diartikan sebagai suatu teori, suatu bahasa atau uraian yang justru membahas
atau memaparkan cabang ilmu yang bersangkutan. Dengan demikian secara harafia
metamathematics memang dapat berarti bidang pengetahuan yang berada diluar atau
diatas matematika yang menelaah matematika itu sendiri separti halnya filsafat
matematika. Tetapi menurut asalmulanya dan pertumbuhan selanjutnya
adi-matematika dimaksudkan sebagai sebuah teori pembuktian untuk
menetapkan ada atau tidaknya konsistensi dalam matematika dan menjawab
masalah-masalah lainnya seperti problem keputusan dan kelengkapan dalam suatu
sistim formal.Sebagai pangkal perkenalan dapatlah kiranya dikutipkan 4 buah
perumusan matematics yang berikut:”
1)
“the formalization of mathematical proof by means of a logistic system makes
possible an objective theory of proofs and provability, in which proofs are
treated as concrete manipulations of formulas (and no use is made of meanings
of formulas). This is Hilbert’s proof theory, or matematics.”29 (formalisasi dari pembuktian matematika
dengan perantaraan suatu sistim logika memungkinkan adanya sebuah teori
obyektif tentang pembuktian dan hal dapat dibuktikan yang dalam teori itu
pembuktian-pembuktian diperlakukan sebagai pengolahan-pengolahan nyata terhadap
rumus-rumus dan tidak dipersoalkan arti dari rumus-rumus itu. Ini
merupakan teori pembuktian dari Hilbert atau adi- matematik.)
2)
“Metamathematics is a branch of mathematical logic which studies formal
theories and solves problems pertaining to such theories. (Adi-matematika
adalah suatu cabang dari logika matematika yang menelaah teori-teori formal dan
memecahkan persoalan-persoalan yang meyangkut teori-teori demikian itu.)
3)
Patrik Suppes merumuskan metamathematics sebagai cabang matematika yang menyelidiki
sruktur dari sistim-sistim bahasa atau teori-teori yang diformalkan dan
hubungannya dengan entitas-entitas matematik lainnya (That branch of
mathematis which investigates the structure of formalized languages or
theories and their relationship to other mathematical.)
4).
“Hilbert and his folowers used ideas of this kind to devise a
formalitazed theory of proof, including within
it a system of symbolic logic. The aim of the theori was to prove the
consistency of logical structure of ordinary mathematic. In as much as the
theory was out mathematics, it was termed metamathematics.(Hilbert
dan para pengikutnya memakai ide ide semacam ini untuk menyusun sebuah teori pembuktian yang di formalkan, termasuk di
didalamnya sebuah sistem logika simbolik, tujuan dari teori itu ialah
membuktikan konsistensi dari struktur logis matematika biasa . oleh karena
teori itu berada di,luar matematika, adi-matematika.)
Dari
kutipan-kutipan diatas tenyata menurut intinya ada kesatuan pendapat mengenai
apa metamathematics itu. Tetapi pelbagai perumusan itu juga mununjukan suatu
perbedaan menyolok, yakni status adi matematik apakah suatu teori diluar
Mathematika atau suatu cabang/ sistim logika ataukah suatu di luar
matematika itu sendiri. Ahli matematika perancis jean dieudonne menyatakan
bahwa adi matematika terapan, karena perbincangan-perbincangan matematika di
terpkan pada obyek berupa kalimat kalimat dari teori di formalkan dan
pengaturannya menjadi pembuktian-pembuktian.
Metamathematcs
dipelopori dan diperkembangkan oleh Davit Hilbert yang juga menjadi pelopor
dari mazhab landasan matamatika formalisme. Beliau menyusun program untuk
memformalkan cabang-cabang matematika biasa. Formalisasi yang ketat itu
meliputi penentuan simbol-simbol yang dengan abstraksi sepenuhnya lalu terlepas
dari sesuatu arti tertentu. Rangkaian lambang-lambang yang tersusun baik
kemudian menjadi formula-formula atau rumus-rumus untuk memaparkan
perbincangan-perbincangan berdasarkan bentuknya (from) saja. Perbincangan dalam
bahasa biasa mempergunakan kalimat-kalimat yang dipahami berdasarkan artinya.
Bagi sesuatu cabang matematika formalisasiyang demikian itu menghasilkan suatu
sistem formal (formal system). Sisrem formal ini kadang-kadang disebut pula
teori formal atau matematik formal. Selanjutnya dalam program Hilbert sistem
formal sbagai suatu keseluruhan dijadikan abjek dari suatu studi matematik yang
dinamakan adi-matematik atau teri pembuktian. Stephen Cole Kleene dalam buku
pengantarnya menegaskan lingkupan adi-matematika itu sebagai berikut :
”Metamathematics
includes the description or definition of formal system as well as the
investigation of properties of formal system. In dealing with a particular
formal system, we may call the system the object theory, and
the metamathematics relating to it its metatheory.”
(Adi-matematika meliputi pemaparan atau definisi dari sistem-sistem formal
maupun penyelidikan terhadap sifat-sifat dari sistem-sistem formal. Dalam
pembahasan terhadap suatu sistem formal khusus, kita dapat menamakan sistem itu teori sasaran dan adi-matematika yang bertalian
dengannya adi-teorinya.)
Demikianlah
dari uraian di muka ternyatalah bahwa metamathematics juga tidak identik dengan
philosophy of mathematics. Seperti halnya foundations of mathematics,
adi-matematik juga lebih terbatas ruang lingkupnya dari pada filsafat
matematika, yakni menelaah sifat-sifat dari sesuatu sistem formal khususnya
matematika untuk membuktikan konsistensi dan kelengkapan dari sesuatu cabang
matematika.
Dalam
kepustakaan masih ada satu lagi bidang pemikiran filsafati yang bersangkutpaut
denag matematika, yaitu mathematical philosophy yang sabaiknya diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi filsafat kematematikan untuk di bedahkan
dengan filsafat matematika (philosophy of mathematics). Tampaknya memang cukup
sulit untuk membedahkan mathematical philosophy dengan philosophy of
mathematics, karena kedua bidang itu sama-sama merupaka pemikiran filsafati.
Tetapi suatu pembedaan dapatlah kiranya dilakukan dengan menafsirkan
mathematical philosophy sebagai filsafat berdasarkan matematika, sedangkan
tafsiran philosophy of mathematics ialah filsafat mengenai matematika. Dengan
tafsiran yang demikian itu tampaklah kini perbedaan yang lebih jelas antara
kedua bidang pemikiran itu. Filsafat kematematikan sebagai suatu filsafat
berdasarkan matematika memakai matematika sebagai pangkal tolak dan sumber ide
untuk melakukan pemikiran filsafati. Suatu contoh dari mathematical philosophy
misalnya ialah Pythagoreanisme yang dipaparkan dalam bab I dimuka. Aliran
filsafat ini dengan berpangkalan pada bilangan mengemukakan pemikiran filsafati
bahwa semua fenomena alam merupakan pengungkapan inderawi dari
perbandingan-perbandingan matematis. Dipihak lain filsafat matematika sebagaimana
dinyatakan pada permulaan bab ini merupakan pemikiran filsafati tentang
matematika untuk memperoleh pemahaman mengenai segenap segi apa dan bagaimana
dari matematik itu.
Usaha
untuk memahami segenap aspek dari matematika telah menumbuhkan bidang pengetahuan
filsafat matematik yang sangat luas pada dewasa ini. Filsafat matematika
merupakan salah satu cabang dari filsafat ilmu-seumumnya (philosophy of
science-in-general). Dengan demikian persoalan-persoalan dalam filsafat
ilmu-seumumnya juga mempunyai kaitan dengan filsafat matematika.
sumber :
https://navelmangelep.wordpress.com/2011/11/25/pemikiran-filsafati-tentang-matematika/#more-362
"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"