Jenis Tulisan
Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian-bagian
pembangun sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis tulisan. Sebuah
karya tulis berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan.
Seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi
sebuah tulisan yang utuh. Sebuah tulisan ilmiah merupakan hasil rangkaian
fakta, bukan realitas, yang merupakan hasil pemikiran, gagasan., peristiwa,
gejala, dan pendapat.
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta.
Seorang pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan dalam sebuah cerita,
sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan.
Realistas berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan
dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung
dialami oleh penulis. Data realitis dapat berasal dari dokumen, surat
keterangan, press release, surat
kabar atau sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta
berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar
dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis.
Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang
bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta
kepada pembaca. Tekanan pada fungsi memberitahukan, menjelaskan, atau
membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan,
menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk
menyampaikan karya ilmiah secara lebih akurat, karya ilmiah acapkali juga
menampilkan jenis tulisan deskripsi (memerikan suatu keadaan atau seseorang)
dan naratif (menceritakan).
Argumentasi dan persuasi dalam karya i1miah ditimbulkan oleh penyusunan
fakta-fakta dalam kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta-fakta
tersebut dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan
sendiri berupa keyakinan akan kebenaran uraian tersebut.
Berikut
ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya
ilmiah.
1.
Narasi (Kisahan)
Narasi adalah penulisan yang
sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun
berdasarkan pengalaman. Pada saat penulis menguraikan kehidupan atau keadaan
informan, uraian dituangkan dalam bentuk narasi yang berisi himpunan informasi
faktual mengenai suatu peristiwa dan situasi. Narasi, dalam hal ini, bukanlah
narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang merupakan himpunan
peristiwa yang diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk
mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109).
Narasi bersifat menghimpun
informasi berdasarkan pengamatan, liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena
itu, narasi dalam berita merupakan himpunan peristiwa yang faktual bukan
realistis (Marahimin, 1994:37-38). Bentuk narasi yang nonfiktif dapat dijumpai
dalam buku harian, sejarah, biografi atau otobiografi, surat kabar, majalah,
surat pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah, narasi bersifat menyampaikan
sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan digunakan sebagai ilustrasi
untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh penulis (peneliti).
2. Deskripsi (Perian)
Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah
tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk obyek pengamatan: rupanya,
sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Deskripsi juga merupakan penulisan yang menggambarkan perasaan, seperti
bahagia, takut, sepi, sedih, atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah
membantu pembaca untuk membayangkan seseorang, merasakan suatu suasana, atau
memahami suatu sensasi atau emosi melalui imajinasi yang terbentuk dari
ungkapan bahasa.
Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan yang tertangkap oleh
pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau peristiwa (Keraf, 1997:
109-l10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis
adalah fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil observasi dengan
menggunakan semua alat indria penulis.
Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi
impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi
yang sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut
sistem atau urutan logis dari obyek yang diamati. Deskripsi impresionistis
adalah deskripsi yang menggambarkan imprasi penulis atau untuk menstimulir
pembaca yang lebih menekankan kesan pada saat penulis melakukan observasi.
Urutan yang digunakan ialah urutan menurut kuat atau lemahnya kesan penulis
terhadap obyek yang ditulis.
Dalam
menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
1.
Harus ada penggambaran yang
dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf.
2.
Suasana hati tertandai
melalui pilihan kata yang baik.
3.
Pengembangan paragraf harus
dilakukan secara efektif, masuk akal atau logis, dan dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan
teliti.
Deskripsi orang sebaiknya
menggambarkan
a.
penampilan seseorang,
b.
moral atau etika yang dianut seseorang,
c.
perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu,
d.
sifat seseorang,
e.
suara dan cara seseorang berbicara,
f.
sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi waktu harus
mencakup
a.
keterangan waktu yang tepat,
b.
pengurutan yang kronologis dan logis, dan
c.
mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.
3. Eksposisi (Paparan)
Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu,
jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah
tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang
ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan
sesuatu yang belum diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda.
Definisi lain dari eksposisi adalah tulisan yang berusaha menyingkapkan
buah pikiran, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca
(Marahimin, 1994: 208). Ada beberapa jenis tulisan ekspositoris, yaitu
eksposisi yang menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan dan
menguraikan sebuah definisi atau pandangan, menerangkan arah, menjelaskan dan
menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas suatu hal atau peristiwa.
Pada dasarnya dalam sebuah karya i1miah, eksposisi menghimpun dua hal,
pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian referensi. Pada saat
eksposisi melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam
usaha lainnya,. seperti menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi
berusaha untuk merangkaikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan
percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau pengamatan. Dalam tulisan
ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran yang akan mengakhiri tulisan
tersebut.
4.
Argumentasi (Bahasan)
Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang,
membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain
agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi
ini dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan tidak mengandung opini penulis.
Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis untuk menunjang
sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan disusun berdasarkan penjelasan atau
kutipan dan fakta-fakta yang tepat.
Pada saat penyusunan sebuah laporan i1miah, sebaiknya, diperhatikan
penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan demikian, karya ilmiah tidak
akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan menjemukan. Alasan dibangun
atas berbagai paragraf yang mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan
proses itu, diharapkan bahwa pembaca akan mudah memahami jalan pikiran penulis.
Sistematika
dan Kejelasan Karangan
Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan
untuk menulis sebuah berita di surat kabar atau artikel di majalah, misalnya.
Jika kita akan menulis di media tersebut, topik sudah tersedia, yakni hal yang
harus diliput. Tujuan juga jelas, yakni menyajikan informasi yang hangat dan
aktual ke tangan pembaca. Siapa yang menjadi pembaca berita atau artikel itu
juga sudah jelas. Tidak demikian halnya dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai
mahasiswa yang mendapat tugas dari pengajar, topik sudah ditentukan oleh
pengajarnya. Namun, tidakjarang pula, topik harus ditentukan oleh penulis,
dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama dalam penulisan skripsi atau tugas
akhir. Biasanya, topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti.
Tujuan juga harus jelas karena tujuan penulis akan berkaitan dengan jenis
tulisan yang dihasilkan.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah, antara
lain, adalah tersusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan
secara_terkendali, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan syarat itu,
pemilihan topik disertai penetapan tujuan. Kemudian, topik dan tujuan itu
dirumuskan menjadi sebuah tema yang utuh. Tema ini menjadi awal dari rangkaian
penulisan sebuah karya ilmiah yang sistematis dan yang direncanakan secara
terkendali, konseptual, dan prosedural. Dengan demikian, akan dihasilkanlah
sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan pembuktian yang tersusun secara
sistematis.
Topik
Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan,
sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya,
dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan judul. Tidak
selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin saja terjadi bahwa sebuah
judul mengandung topik. Mengenai judul akan dibahas lebih lanjut dalam
pembahasan mengenai tema atau tesis.
topik berasal dari kata Yunani, topoi.
Topoi berarti ‘tempat’. Jadi, kita menempatkan pokok persoalan atau pembahasan.
Oleh karena itu, dalam karang-mengarang, topik adalah ‘pokok pembicaraan’. Ada
empat syarat pemilihan topik, yaitu
a.
menarik perhatian penulis,
b.
diketahui dan dikuasai oleh penulis,
c.
harus cukup sempit dan terbatas, dan
d.
sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk
penulis pemula).
Tujuan
Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis adalah
menetapkan tujuan penulisan. tujuan penulisan ada dua, yaitu sesuatu
yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah dipilih dan
maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan. Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan
topik melainkan pribadi penulis.
Tesis
Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni menggabungkan
topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan
untuk laras karangan pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut
kalimat tesis. Dalam laras ilmiah, kalimat tesis adalah kalimat tema bagi laras
ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang bertindak
sebagai gagasan sentral kalimat tesis tersebut.
Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Jadi,
tema berarti bahwa ada ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah
ditempatkan’. Dalam proses penulisan sebuah karya, tema berarti ‘sebuah
perumusan dari topik yang telah dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang
akan dicapai melalui pilihan topik tadi.
Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema.
dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral yang menonjol. Jika kita
memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan sentral dari kalimat tesis
adalah subjek, predikat, dan objek (jika ada) atau gagasan sentral adalah
gagasan utama kalimat (dalam hal ini, kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk
satu kalimat, dapat berupa kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat,
tetapi tidak boleh berbentuk kalimat majemuk setara.
Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat tesis, selain persyaratan kalimat
tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan
empat hal berikut ini.
a.
Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
b.
Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
c.
Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara.
d.
Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat
tesis.
e.
Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, dan agak.
Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan.
Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah karangan merupakan
gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis tersebut. Kerangka
karangan yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca topik dan tujuan si
penulis.
Sebuah
tesis yang baik harus mempunyai
1.
kejelasan yang diwujudkan
melalui sebuah gagasan sentral yang dapat diikuti oleh perincian dan
subordinasinya;
2.
kesatuan melalui gagasan
sentral yang berada dalam tema yang akan memayungi seluruh karangan dan menjaga
agar fokus pembicaraan akan tetap terjaga;
3.
perkembangan yang jelas
merupakan penyusunan uraian perincian dengan logis dan teratur sehingga pembaca
akan dengan mudah mengikuti alur berpikir penulis;
4.
keaslian dalam hal pemilihan
pokok persoalan, sudut pandang, dan pendekatannya sehingga rangkaian kalimat
dan pilihan katanya pun akan terlihat keasliannya; dan
5.
judul yang cocok yang
menggambarkan tema karangan tetapi tidak mengungkapkan seluruh isi karangan.
Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal
penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan
selesai. Boleh saja, pada akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul,
tetapi tidak selulu sebuah topik itu sama dengan judul.
Sebuah
judul harus memiliki persyaratan
a.
ringkas,
b.
provokatif, dan
c.
relevan dengan isi.
Pembuatan
judul dapat dilakukan dengan cara berikut.
1.
Mencari kata-kata kunci.
2.
Mewaspadai kalimat-kalimat
yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau istilah yang digunakan dalam
tulisan. Hal-hal itu berpotensi untuk diangkat sebagai judul.
3.
Membaca judul- judul yang
pernah dibuat oleh penulis lain.
4.
Membuat tulisan yang lengkap
terlebih dahulu.
5.
Membuat beberapa pilihan
judul, coba terapkan pada karangan. Jangan takut membuat penyesuaian, baik pada
judul maupun pada tubuh karangan.
Kerangka Karangan
Pengertian Kerangka Karangan
Pada
umumnya, ketika akan menulis karangan ilmiah, penulis membuat sebuah bagan atau
rencana kerja. Hal itu dimaksudkan agar isi pikiran yang akan dituangkan ke
dalam tulisan teratur, terperinci, dan sempurna. Bagan yang dibuat dapat beberapa kali mengalami
perubahan demi perbaikan dan penyempurnaan.
Metode
yang biasa dipakai untuk maksud tersebut disebut outline atau kerangka
karangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.
Manfaat Kerangka Karangan
Mengapa
pembuatan kerangka karangan sangat dianjurkan kepada penulis (terutama penulis
yang baru mulai menulis)? Metode ini akan membantu setiap penulis untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan karena kerangka
karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.
a.
Menyusun karangan secara teratur
b.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
c.
Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
d.
Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Langkah-Langkah Penyusunan
Kerangka Karangan
a.
Rumuskan
tema yang jelas berdasarkan suatu topik atau tujuan yang akan dicapai melalui
topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan
harus berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b.
Langkah
yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap
merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini, penulis boleh mencantumkan
sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak
perlu langsung melakukan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c.
Langkah
yang Ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah
tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam
beberapa tahap sebagai berikut:
·
Pertama:
Topik yang tidak relevan dengan tesis dicoret dari daftar.
·
Kedua:
Jika ada lebih dari satu topik yang sama
tetapi dirumuskan dengan cara yang berlainan, buatlah perumusan baru.
·
Ketiga:
Bila ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan dari topik yang lain,
masukkanlah topik bawahan itu ke topik yang lebih tinggi.
·
Keempat:
Jika ada dua topik atau lebih yang sederajat tetapi lebih rendah daripada topik
yang lain, pilihlah dengan cermat mana topik yang lebih tinggi yang akan
membawahi topik-topik tadi.
d.
Untuk
mendapatkan sebuah kerangkan karangan yang sangat terperinci, langkah kedua dan
ketiga dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah
tingkatannya.
e.
Selanjutnya
ialah menentukan pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua
perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh
dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua
perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan
yang baik.
Pola Susunan Kerangka Karangan
1.
Pola Alamiah
a.
urutan waktu (kronologis)
b.
urutan ruang (spasial)
c.
topik yang ada
2.
Pola Logis
a.
urutan klimaks dan antiklimaks
b.
urutan kausal
c.
urutan pemecahan masalah
d.
urutan umum-khusus
e.
urutan familiaritas
f. urutan akseptabilitas
Macam-Macam Kerangka Karangan
Kerangka karangan dapat dibedakan
berdasarkan dua parameter yaitu sifat perinciannya dan perumusan teksnya.
1.
Berdasarkan Perincian
a. kerangka karangan
sementara
b. kerangka karangan formal
2.
Bedasarkan Perumusan Teksnya
a. kerangka kalimat
b. kerangka topik
Kutipan dan Sistem
Perujukan
Dalam Bab Kerangka Teoretis, seorang
penulis akan melakukan sintesis, langkah terakhir dalam penyusunan bab itu.
Dalam karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun
berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas
kutipan tersebut. Cara penulis mengutip dan membuat rujukannya berkaitan
erat dengan penyusunan daftar bacaan
(bibliografi).
Kutipan
Kutipan adalah bagian
dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi.
Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan
dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka
berpikir yang mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an,
yaitu “SUSUN” dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah
pemikiran yang mengikat berbagai kutipan tersebut. Kutipan adalah bagian dari pernyataan,
pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis
lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan
ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai
tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang
mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN”
dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran
yang mengikat berbagai kutipan tersebut.
Penggunaan
kutipan memiliki beberapa tujuan, yaitu
· untuk menegaskan isi uraian
· untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh
penulis.
· untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan
penulis.
· untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang
digunakan.
· untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang dibahas.
· untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai
milik sendiri (plagiat)
Ada
beberapa cara mengutip yang dapat diterapkan secara bervariasi dalam tulisan.
Jenis kutipan itu ialah sebagai berikut.
A. Kutipan Langsung
1.
Kutipan Langsung Pendek
diintegrasi
langsung dengan teks
diberi
berjarak antarbaris sama dengan teks
diapit
tanda kutip
disebut
sumber rujukan
2.
Kutipan Langsung Panjang
dipisahkan
dari teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks.
diberi
berjarak rapat antarbaris dalam kutipan
boleh
diapit tanda kutip, boleh juga tidak
disebut
sumber rujukan
B. Kutipan
Tak Langsung
diintegrasi langsung dengan
teks
diberi berjarak antarbaris
sama dengan teks
tidak diapit tanda kutip
disebut sumber rujukan
C.
Kutipan pada Catatan Kaki (Footnotes)
selalu diberi jarak spasi
rapat
dimasukkan dalam tanda kutip
Dikutip tepat sebagaimana
teks aslinya.
D.
Kutipan atas Ucapan Lisan
meminta persetujuan dari
sumber
mencatat tanggal dan
peristiwa tempat ujaran itu diucapkan
menyebut dengan jelas
sumbernya
menuliskan kutipan secara
langsung atau tidak langsung pada badan teks atau pada Catatan Kaki
Sistem
Perujukan
Sistem
rujukan digunakan sebagai sumber referensi
jika penulis
· menggunakan kutipan dengan berbagai cara yang disebutkan di atas
· menjelaskan dengan kata-kata sendiri pendapat penulis atau sumber lain
· meminjam tabel, peta, atau diagram dari suatu sumber
· menyusun diagram berdasarkan data penulis atau sumber lain
· menyajikan suatu pembuktian khusus yang bukan suatu pengetahuan umum
· merujuk bagian lain pada teks.
Sebenarnya, setiap bidang ilmu memiliki sistem perujukannya
masing-masing. Sistem perujukan di kedokteran berbeda dari sistem perujukan
ekonomi atau teknik.
Namun, ada
dua sistem pendokumentasian sumber bacaan yang sering digunakan sebagai dasar
kutipan kita, yaitu
· sistem catatan (note-bibliography)
yang menyajikan infomasi mengenai sumber dalam bentuk catatan kaki (footnotes) atau catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar
pustaka (blibiography). Cara
ini direkomendasikan oleh The University of Chicago Press dan dikenal dengan
sebutan format Chicago
· Sistem langsung (parenthetical-reference)
yang menempatkan informasi mengenai sumber dalam tanda kurung dan diletakkan
(a) langsung pada bagian yang dikutip, (b) pada daftar kutipan (list of work cited), atau (c) pada
daftar pustaka. Cara kedua ini ialah cara yang direkomendasikan oleh MLA (Modern
Language Association) dan APA (The American Psychological Association).
Unsur-unsur
yang harus dicantumkan dalam menyusun Catatan Kaki:
· Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama diri
· Judul karya tulis yang dicetak miring dengan menggunakan huruf besar
untuk huruf pertama kecuali kata sambung dan kata depan
· Data publikasi berisi nama tempat (kota), koma,dan tahun terbitan yang
diletakkan di antara tanda kurung, dan nomor halaman yang diletakkan di luar
tanda kurung, contoh: (Jakarta:
Gramedia, 1967), 49—51.
· Untuk kutipan pada buku berjilid atau dari jurnal/majalah ilmiah, nomor
jilid menggunakan angka romawi dan angka arab, diikuti dengan data publikasi
dalam kurung, koma, dan diakhiri nomor halaman yang menggunakan angka arab,
contoh: MISI, I (April, 1963): 27—30.
Jika dalam
sistem catatan terjadi perujukan lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama,
digunakan singkatan yang berasal dari bahasa Latin untuk merujuk sumber
pertama.
Singkatan
itu ialah
a)
Ibid. : singkatan ini berasal
dari kata lengkap ibidem yang
berarti ‘pada tempat yang sama’. Singkatan ini digunakan jika perujukan
lanjutan mengacu langsung pada karya yang disebut dalam perujukan nomor
sebelumnya. Jika nomor halaman pengacuan sama, tidak perlu dicantumkan nomor
halaman. Jika berbeda, setelah Ibid. dicantumkan
nomor halaman. Contoh: Ibid., 87.
b)
Op.Cit. :
singkatan ini berasal dari gabungan kata opere
citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Singkatan ini
digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama yang berasal dari buku namun diselingi
perujukan lain. Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda
dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, op.cit., 87.
Loc.Cit : singkatan ini berasal dari gabungan kata loco citato yang berarti ‘pada tempat
yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu
perujukan pertama yang berasal dari
artikel dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan
lain. Oleh karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar
(atau opus ‘karya’), artikel
dirujuk dengan locus yang
berarti ‘tempat’. Teknik penulisannya:
nama belakang penulis, diikuti oleh loc.cit.,
diikuti nomor halaman jika
nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, loc.cit., 87.
REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI
1. Pendahuluan
Pada saat
menulis bab mengenai Kerangka Teoretis, berbagai teori dan konsep yang diajukan
oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan
teoretis untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu
dikumpulkan dari berbagai buku teoretis yang sudah dibaca dan dipahami.
Pendapat yang mendukung sudut pandang ayau yang mendukung alasan penulis akan
dikutip.
Untuk dapat memperoleh intisari mengenai sudut pandang ahli
yang pendapatnya menunjang sebuah karya ilmiah, ada beberapa langkah.
1.
Penulis membuat ringkasan.
2.
Penulis membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah dibuatnya.
3.
Penulis menyusun segala pengetahuan dari bacaan dalam sebuah sintesis.
Semua
kegiatan tersebut disebut kegiatan memproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi,
reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, ikhtisar atau ringkasan, dan
sintesis.
2. Ringkasan
Salah satu
untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan adalah
penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan
efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat
merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.
Fungsi
sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan.
Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya
dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan
penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan
penulis.
Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang
dihilangkan adalah
· keindahan gaya bahasa
·
ilustrasi atau contoh
·
penjelasan yang terperinci
Meskipun
memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola
pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan
suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan
asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam
karangannya, pengarang berpendapat bahwa....”
Syarat ringkasan yang baik adalah
1) ringkasan tetap
mempertahankan urutan pikiran dan pendekatan penulis asli
2) ringkasan tidak boleh
mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang
dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
3) Ringkasan harus
disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, dibutuhkan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca naskah
atau teks asli beberapa kali.
2. Mencatat
gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap
paragraf.
3. Membuang
paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
4. Membuang
berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
5. Mengubah dialog
langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
6. Sedapat mungkin
menggunakan kalimat tunggal.
7. Menyusun
ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.
3. Ikhtisar dan Abstrak
Istilah
ringkasan acapkali dikacaukan dengan istilah ikhtisar atau Abstrak. Memang,
keduanya merupakan intisari dari sebuah teks asli. Akan tetapi, ada perbedaan
besar dalam teknis pembuatannya. Sebuah ikhtisar atau abstrak dibuat jika
penyusunnya sudah mampu membuat ringkasan dari sebuah teks. Jadi, penyusunan
ikhtisar atau abstrak adalah langkah berikutnya setelah sebuah ringkasan
disusun.
A. Ikhtisar
Ikhtisar
adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun ikhtisar yang
digali dari sebuah teks. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti
atau pokok permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya.
Hal pokok yang membedakan ikhtisar dari rangkuman adalah sebagai berikut.
1) Dalam ikhtisar, urutan
dari teks asli tidak perlu dipertahankan.
2) Ikhtisar tidak akan
memberikan isi keseluruhan dari karangan asli secara proporsional.
3) Bab-bab atau bagian
dari teks asli yang dianggap kurang penting oleh penyusun ikhtisar dapat
diabaikan.
Ciri ikhtisar adalah
· merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari
teks.
· tidak mengandung hal baru, pikiran, atau opini penyusun
ikhtisar, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
· menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri.
Contoh-contoh
penggunaan ikhtisar dapat ditemukan dalam penulisan teras berita (lead) di surat kabar, sampul belakang
buku, resensi buku, sinopsis film atau sinetron, atau kilasan berita.
Sebuah ikhtisar yang baik disusun berdasarkan 7 langkah
berikut ini.
1.
Menetapkan tujuan membaca: gagasan
apa yang saya butuhkan?
2.
Membaca dengan cermat: apa relevansi
gagasan yang saya perlukan itu dalam konteks tulisan saya ini?
3.
Mencatat gagasan yang penting dari
sudut pandang penyusun ikhtisar dengan kata-kata sendiri.
4.
Menyusun kerangka tulisan.
5.
Menulis ikhtisar.
6.
Mengecek kembali tulisan asli untuk
meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali.
7.
Mengoreksi kesalahan bahasa dan
kesalahan cetak.
B. Abstrak
Sebenarnya,
abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang bermakna sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tercantum bahwa kata abstrak
berarti ‘ringkasan; inti; ikhtisar (karangan, laporan, dsb)’, sedangkan kata ikhtisar berarti ‘pandangan secara
ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan. Istilah abstrak berasal dari bahasa Inggris, sedangkan istilah ikhtisar berasal dari bahasa Arab.
Jadi, sebenarnya kedua istilah itu berpadanan.
Akan
tetapi, di Indonesia, istilah ikhtisar
dibedakan dari istilah abstrak.
Ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang berlaku dalam laras umum, sedangkan abstrak merupakan rangkuman atau
iktisar yang berlaku dalam laras ilmiah. Oleh karena itu, berlaku format
tertentu bagi abstrak, baik untuk jurnal maupun untuk karya ilmiah.
Untuk tesis atau laporan tugas akhir, format aspek, yang
disusun atas 200—250 kata, secara umum meliputi aspek:
a) latar belakang dan
tujuan penelitian
b) bahan dan metode
penelitian
c) hasil dan
kesimpulan yang nyata
Untuk
jurnal ilmiah, jumlah kata yang dibutuhkan hanya sekitar 75—100 kata dan
diletakkan di awal sebuah artikel dan berlaku sebagai teras artikel (beranalogi
dengan teras berita)
4. Sintesis
Langkah
terakhir yang wajib dilakukan dalam penulisan ilmiah adalah sintesis. Sintesis
adalah tindakan merangkum berbagai pengertian atau pendapat sehingga merupakan
suatu tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras dengan kebutuhan
penulis. Khusus dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman
berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis.
Sintesis
merupakan tahap terakhir dan langkah yang paling penting dalam proses membaca
kritis. Melalui sintesis, penyusun menciptakan pengetahuan baru melalui
pemaduan beberapa bahan bacaan dari berbagai penulis. Sintesis merupakan
kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan pemahaman atas beberapa tulisan.
Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan
pemahaman atas kutipan tersebut.
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis.
1. Penulis tidak
boleh terkurung dalam pendapat ahli yang dibaca.
2. Penulis harus
membentuk dan mempertajam sudut pandangnya.
3. Penulis harus
mencari kaitan mendasar antara satu bacaan dan bacaan lain.
4. Penulis harus
mencari bagian bacaan yang akan menekankan kepentingan karya ilmiahnya.
5. Dalam menulis
buram, penulis harus memfokuskan setiap paragraf yang ditulisnya dalam simpulan
yang terbentuk dari bahan bacaannya.
5. Daftar
Pustaka (Bibliografi)
Pada bagian
akhir sebuah karangan ilmiah akan terdapat sebuah daftar pustaka yang menjadi
rujukan penulis selama melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Semua
bahan rujukan yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang maupun
sebagai data, disusun dalam daftar pustaka ini.
Adapun fungsi daftar pustaka ialah
· membantu
pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
·
memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam dari kutipan yang digunakan oleh
penulis, dan
· membantu
pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.
sumber : Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar