TEMPO.CO, Subang
- Kesenian angklung yang telah ditetapkan sebagai warisan seni-budaya
dunia oleh Unesco suatu saat bisa saja dicabut. "Bisa saja (dicabut)
jika hasil evaluasi yang dilakukan hasilnya negatif," kata Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Nunung Sobari, saat
ditemui di sela-sela final Pasanggiri Angklung Jawa Barat di pendopo
Pemkab Subang, Kamis, 10 Desember 2015.
Evaluasi negatif
tersebut, Nunung menjelaskan, misalnya, terkait dengan tidak adanya
frekuensi pergelaran angklung, adanya modifikasi hasil teknologi
misalnya angklung dibuat dari paralon. "Makanya, itu tidak boleh
terjadi," katanya.
Di tataran wilayah regional Jawa Barat dan
kawasan Indonesia, Nunung mengungkapkan, sejak saat Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dijabat oleh Mashuri, kesenian angklung sudah dijadikan
alat pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di sekolah tingkat pertama
dan tingkat atas. Hasilnya, menurut Nunung, kesenian angklung yang sudah
dimodifikasi dengan dua nada yakni pentatonis dan Diatonis itu, sudah
menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
"Angklung bahkan selalu
mencengangkan dunia ketika digelar di luar negeri. Karena, mereka tak
menyangka, kesenian yang terbuat dari bambu itu menghasilkan nada-nada
indah buat mengiringi jenis lagu apa pun," ia menjelaskan.
Syam
Udjo, pengelola Yayasan Saung Angklung Mang Udjo Ngalagena Bandung,
mengaku bangga karena dari-tahun ke tahun, kesenian yang diciptakan oleh
maestro angklung Mang Udjo Ngalagena dan telah ditetapkan sebagai salah
satu warisan dunia oleh Unesco tersebut, terus digandrungi.
"Tidak
saja oleh para pelajar dan mahasiswa tetapi juga oleh semua kalangan di
Indonesia," kata Syam. Saat ditampilkan di luar negeri, seperti telah
dilakukannya sejak 14 November 2015 di Prancis, Ukraina dan Istanbul,
kesenian angklung yang diperkenalkannya mendapatkan sambutan yang luar
biasa.
"Angklung sudah mendunia, ternyata bukan basa-basi. Mereka
tercengang menyaksikannya," kata Syam Udjo memberikan gambaran saat
memimpin pementasan angklung di daratan Eropa itu. "Kami senang, karena
kami telah memperkenalkan angklung langsung ke jantung pusat kesenian
dan kebudayaan di dunia."
Bupati Subang, Ojang Sohandi, meminta
Yayasan Saung Angklung Udjo Ngalagena dan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Jawa Barat, memberikan pelatihan khusus atau transfer
keterampilan kesenian angklung ke daerah, khususnya Subang, agar
angklung tidak saja bisa dimainkan dipopulerkan oleh orang Bandung
tetapi juga oleh daerah lainnya di Jawa Barat.
Selain itu,
transfer keterampilan juga perlu dilakukan buat meningkatkan sumber daya
manusia pembuat amat musik angklungnya. "Kebetulan di Subang ada satu
desa yang produksi bambunya bagus dan memenuhi syarat untuk membuat alat
kesenian angklung," Ojang menjelaskan.
Terhadap tantangan Ojang,
Nunung dan Syam Udjo menyatakan siap membantunya. "Itu pasti," kata
Syam Udjo. Ada pun Nunung menjelaskan ihwal pasanggiri angklung yang
hanya dilakukan oleh para pelajar sekolah tingkat pertama dan atas,
karena, mereka adalah generasi muda yang potensial untuk
mempopulerkannya.
Grand final Pasanggiri Angklung Jawa Barat,
diikuti oleh lima grup sekolah lanjutan tingkat pertama yakni SMPN 2
Ngamprah, MTSN Bantarkalong, SMP Muhammadiyah Cipanas, SMPN 1 Subang dan
SMPN.Lalu lima peserta sekolah lanjutan atas yakni SMAN 8 Cirebon, SMAN
1 Singaparna, SMKN 2 Cibinong, SMKN 2 Purwakarta Dan SMA BPI 2
Bandung.
sumber: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/12/10/058726760/angklung-bisa-dicoret-dari-warisan-dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar