CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam CTL (penguasan guru akan materi dan pemahaman mereka dalam memilih metode yang tepat untuk materi tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, salah satunya metode yang saat ini di anggap tepat adalah pembelajaran agama islam adalah melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual di dasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang di pelajari terkait dengan apa yang telah di ketahui, dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya, pembelajaran ini menekankan pada daya fikir yang tinggi.
Dari uraian di atas yang perlu kita fahami tentang CTL(contekstual teaching and learning) kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan langsung siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar di orientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks ini tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa di tuntut untuk dapat menangkap hubhngan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Alasan digunakan model pembelajaran CTL adalah:
a. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajari bukan hanya “menghafalkan”.
b. Strategi pembelajaran tidak hanya menuntut siswa menghafalakan fakta, konsep, generalisasi, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
c. Memperbaiki kebiasaan sehari-hari dalam PBM, yaitu dari siswa dipaksa menerima dan menghafal kearah strategi pembelajaran yang berpihak dan memberdayakan siswa.
Model pembelajaran yang mendukung CTL antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan memecahakan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model pembelajaran ini digunakan apabila ingin membantu siswa mengembangkan peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.
Model ini diterapkan di kelas dengan cara:
• Orientasi siswa pada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
• Mengorganisasikan siswa untuk belajar (Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut).
• Membimbing penyelidikan individu atau kelompok (Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah).
• Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model untuk membantu mereka membagi tugas dengan temannya).
• Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ( Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan )
2. Pembelajaran proyek atau tugas
Pembelajaran yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa ( kelas ) di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran dan melakasanakan tugas bermakana lainnya. Pendekatan ini memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan menerapkannya dalam produk nyata.
3. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah sistem kerja ( belajar ) kelompok yang terstruktu. Ada 5 unsur pokok dalam struktur tersebut antara lain: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
4. Pembelajaran berbasis inkuiri
Kegiatan pembelajaran berbasis konstektual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta.
5. Pembelajaran otentik
Pembelajaran dengan prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
6. Pembelajaran jasa layanan
Pembelajaran yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain,penedekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Pembelajaran berbasis kerja
Pembelajaran dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1) Prinsip Kesaling-bergantungan,
2) Prinsip Diferensiasi
3) Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
Kembali ke konsep tentang CTL. Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Di sini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja.
2. TUJUH KOMPONEN UTAMA PENERAPAN CTL
1. Konstruktivisme(contruktivisme)
Konstuktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Yang hasilnya di perluas melalui konteks yang terbatas, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk di ambil dan di ingat.manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses”mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan.
Guru mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut:
Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, tetapi bukan satu-satunya sumber belajar.
Guru membiarkan siswa berfikir setelah mereka di beri pertanyaan.
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain.
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri.
Guru mengusahakan agar siswa dapat mengomunikasikan pemahaman mereka, karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konstektual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dan menjelaskan tentang arti dari pada dalil aqli, dengan cara mengamati dan menghubungkan dengan alam sekitar kita. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Semua mata pelajaran dapat menggunakan pendekatan inquiry. Kata kunci dari strategi inquiry adalah “siswa menemukan sendiri”
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bentuk penerapan Dalam pembelajaran guru bertanya kepada masing-masing anggota kelompok, kegiatan bertanya alam pembelajaran berguna untuk :
1. menggali informasi, baik administrasi maupun akademis;
2. mengecek pemahaman siswa;
3. membakitkan respons kepada siswa;
4. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;
5. menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Kegiatan bertanya dapat di terapkan antar siswa dengan siswa, antar guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan dalam kelas. Aktifitas bertanya dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Pada dasarnya mengandung pengertian sebagai berikut:
a) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman.
b) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
c) Kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara individual.
d) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik.
e) Ada kesedian untuk menghargai pendapat orang lain.
Metode pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar (Learning Community) Ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Bentuk penerapannya dalam pembelajaran dengan cara belajar berkelompok.
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan (Modelling) artinya dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang diinginkan oeh guru agar siswa-siswanya melakukan pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktifitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang “ bagaimana cara belajar”.
Dalam pembelajaran kontekstual penerapannya dengan cara mempresentasikan apa yang mereka tulis atau mereka jawab dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi(Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja di terima.
Contoh perintah guru yang menggambarkan kegiatan refleksi adalah sebagai berikut;
- Pemutaran lagu-lagu nasyid dan puisi-puisi islami
- Hal-hal baru apa saja kaian dapatkan melalui kegiatan hari ini
- Bagaimana pendapatmu mengenai hari ini.
Penilain yang sebenarnya (authentic assessment) adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang sebenarnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian.
Ciri-ciri penilain autentik adalah;
- Harus mengukur semua aspek pembelajaran; proses, kinerja, dan produk
- Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
- Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
- Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan ke luasannya(kualitas).
3. PENTINGNYA PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN
Letak pentingnya penerapan pendekata kontekstual dalam pembelajaran:
a) Anak belajar memahami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan,kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Dengan dorongan dari guru, mereka di harapkan mampu mengkonstruksikan pelajaran dalam benak mereka sendiri, jadi siswa tidak hanya sekedar menghafalkan fakta-fakta, akan tetapi mereka di tuntut untuk mengalami dan akhirnya menjadi tertarik untuk menerapkannya.
b) Melalui pendekatan kontekstual di harapkan siswa di bawa ke dalam nuansa pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses pembelajaran yang berbasis masalah, penemuan(inquiri), independent learning, learning community, proses refleksi, pemodelan sehingga dari proses tersebut di harapkan mereka dapat memahami, menghayati dan, mengamalkan ajaran agamanya.
c) Pembelajaran yang kompeten memenuhi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan, psIkomotor, ketiga aspek tersebut harus di kembangkan secara terpadu dalam dalam setiap bidang kegiatan pembelajaran. Guru dapat memilih bagian mana yang cocok untuk aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor melalui penerapan model ini, di harapkan dapat membantu para guru dalam mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang benar-benar mempunyai kualitas belajar yang kuat yang di hiasi dengan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.
4. PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan tugas pekerjaan. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibell. Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani dalam bercocok tanam dan pengaruhnya pada kehidupan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. CTL(contextual teaching and learning) merupakan proses pembelajaransiswa yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan meng kaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari(konteks pribadi sosial dan kultural).ctl di sebut pendekatan kontekstual karna konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata.
2. Dalam pembelajaran, misalnya fisika pemilihan metode yang tepat untuk materi ajar akan sangat menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran yaitu melalui pendekatan kontekstual.
3. Secara operasional, terdapat tujuh komponen utama penerapan CTL(contextual teaching and learning) di kelas
- Kontruktivisme (contruktivisme)
- Bertanya (quistioning)
- Menemukan (inquiri)
- Masyarakat belajar (learning community)
- Pemodelan (modeling)
- Reffleksi (reflection)
- Penilain sebenarnya (autentic assessment).
Hakim, Lukmanul.2009.Perencanaan Pembelajaran.Bandung : Wacana Prima
Wahyudin.2008.Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran.Bandung : Ipa Abong
http://pendidikan.infogue.com/pendekatan_konstektual_atau_contexstual_teachig_and_learning_ctl_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar