Sabtu, 12 Desember 2015

RAGAM BAHASA BAKU

Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku utamanya digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat yang mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat (pemerintah, sekolah, dll).
Bahasa baku tidak dapat dipakai untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu, dipakai ragam tak baku.
 

B.     Fungsi Bahasa Baku

Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:
1.      Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
2.      Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan pemakaian bahasa lainnya.
3.      Pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4.      Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa seseorang atau sekelompok orang.


C.     Sifat-sifat Bahasa Baku

a.      Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan Kaidah bahasa. Kalau kata ‘rasa’ dibubuhi awalah ‘per-‘ akan terbentuk kata perasa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin. Bukan pengrajin. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, lepas landas merupakan contoh dari kemantapan kaidah bahasa baku. Sedangkan dinamis artinya tidak statis, tidak kaku,. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b.      Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah). Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai berikut : rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. Frase rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut : rumah aneh milik sang jutawan akan dijual atau rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
c.      Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembekuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pancaran titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramuniagara dan pramuniagari andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward dan stewardess dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardess sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramuniagara dan pramuniagari.


D.     Ciri-ciri Bahasa Baku

1.Tidak dipengaruhi bahasa daerah

Baku
Tidak Baku
Saya
gue
Ibu
nyokap
Ayah
bokap


2.Tidak dipengaruhi bahasa asing

Baku
Tidak Baku
Banyak guru
Banyak guru-guru
Itu benar
Itu adalah benar
Kesempatan lain
Lain kesempatan


3.Bukan merupakan bahasa percakapan

Baku
Tidak baku
Bagaimana
Gimana
Tidak
Nggak
menelpon
Telepon


4.Pemakaian imbuhan secara eksplisit

Baku
Tidak baku
Ia mendengarkan radio
ia dengarkan radio
anak itu menangis
anak itu nangis
kami bermain bola di lapangan
kami main bola di lapangan


5.Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat


Baku
Tidak baku
sehubungan dengan
Sehubungan
seorang pasien
seseorang pasien
dan lain sebagainya
dan sebagainya







6.Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu

Baku
Tidak baku
Menghemat waktu
Mempersingkat waktu
Mengatasi berbagai ketinggalan
Mengejar ketinggalan
Mengajar siswa
Mengajar matematika


7.Tidak mengandung arti pleonasme
Pleonasme merupakan pemakaian kata yang tidak seharusnya digunakan, Suatu kalimat dapat disebut pleonasme jika kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap putuh. Sehingga kalimat dapat menjadi lebih efektif dan dapat membantu memperlancar jalan bahasa serta menjadikan kalimat tersebut lebih memiliki kesan yang kuat.

Baku
Tidak baku
Mulai  kecil ia memang nakal.
Mulai dari kecil ia memang nakal.
Semua buku itu sudah pernah saya baca.
Semua buku-buku itu sudah pernah saya baca.
Andi turun.
Andi turun ke bawah.


8.Tidak mengandung hiperkorek
Menurut Van Pemis, Gejala hiperkorek berarti kata yang sudah betul dibetul-betulkan sehingga menjadi tidak betul atau tidak baku. Hiperkorek biasanya terjadi ketika penggantian huruf /f/ dengan /p/ atau sebaliknya dan penggantian huruf /s/ dengan /sy/ atau sebaliknya.
Baku
Tidak baku
fondasi
Pondasi
figuran
piguran
sah
syah








Sumber : Arifin, Zaenal E., Tasai, Amran S. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo .

2 komentar: