Rabu, 09 Desember 2015

Penulisan Karangan Ilmiah



Jenis Tulisan
           
Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian-bagian pembangun sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis tulisan. Sebuah karya tulis berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan. Seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah tulisan yang utuh. Sebuah tulisan ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta, bukan realitas, yang merupakan hasil pemikiran, gagasan., peristiwa, gejala, dan pendapat.
           
            Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistas berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realitis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis.
           
Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta kepada pembaca. Tekanan pada fungsi memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk menyampaikan karya ilmiah secara lebih akurat, karya ilmiah acapkali juga menampilkan jenis tulisan deskripsi (memerikan suatu keadaan atau seseorang) dan naratif (menceritakan).

            Argumentasi dan persuasi dalam karya i1miah ditimbulkan oleh penyusunan fakta-fakta dalam kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta-fakta tersebut dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa keyakinan akan kebenaran uraian tersebut.

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya ilmiah.

1.        Narasi (Kisahan)
              Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan pengalaman. Pada saat penulis menguraikan kehidupan atau keadaan informan, uraian dituangkan dalam bentuk narasi yang berisi himpunan informasi faktual mengenai suatu peristiwa dan situasi. Narasi, dalam hal ini, bukanlah narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109).
              Narasi bersifat menghimpun informasi berdasarkan pengamatan, liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena itu, narasi dalam berita merupakan himpunan peristiwa yang faktual bukan realistis (Marahimin, 1994:37-38). Bentuk narasi yang nonfiktif dapat dijumpai dalam buku harian, sejarah, biografi atau otobiografi, surat kabar, majalah, surat pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah, narasi bersifat menyampaikan sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan digunakan sebagai ilustrasi untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh penulis (peneliti).

2. Deskripsi (Perian)

  Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk obyek pengamatan: rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi juga merupakan penulisan yang menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah membantu pembaca untuk membayangkan seseorang, merasakan suatu suasana, atau memahami suatu sensasi atau emosi melalui imajinasi yang terbentuk dari ungkapan bahasa.
            Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan yang tertangkap oleh pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau peristiwa (Keraf, 1997: 109-l10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis adalah fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil observasi dengan menggunakan semua alat indria penulis.
Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem atau urutan logis dari obyek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi yang menggambarkan imprasi penulis atau untuk menstimulir pembaca yang lebih menekankan kesan pada saat penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan ialah urutan menurut kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap obyek yang ditulis.
                                                                                                                               Dalam menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
1.     Harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf.
2.     Suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik.
3.     Pengembangan paragraf harus dilakukan secara efektif, masuk akal atau logis, dan dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan teliti.

Deskripsi orang sebaiknya menggambarkan
a.        penampilan seseorang,
b.        moral atau etika yang dianut seseorang,
c.        perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu,
d.        sifat seseorang,
e.        suara dan cara seseorang berbicara,
f.         sikap seseorang terhadap orang lain.

Deskripsi waktu harus mencakup
a.        keterangan waktu yang tepat,
b.        pengurutan yang kronologis dan logis, dan
c.        mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.





3. Eksposisi (Paparan)

  Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda.

  Definisi lain dari eksposisi adalah tulisan yang berusaha menyingkapkan buah pikiran, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin, 1994: 208). Ada beberapa jenis tulisan ekspositoris, yaitu eksposisi yang menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan dan menguraikan sebuah definisi atau pandangan, menerangkan arah, menjelaskan dan menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas suatu hal atau peristiwa.                             

Pada dasarnya dalam sebuah karya i1miah, eksposisi menghimpun dua hal, pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian referensi. Pada saat eksposisi melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam usaha lainnya,. seperti menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi berusaha untuk merangkaikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau pengamatan. Dalam tulisan ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran yang akan mengakhiri tulisan tersebut.

4.     Argumentasi (Bahasan)

  Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi ini dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan tidak mengandung opini penulis. Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis untuk menunjang sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan disusun berdasarkan penjelasan atau kutipan dan fakta-fakta yang tepat.

            Pada saat penyusunan sebuah laporan i1miah, sebaiknya, diperhatikan penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan demikian, karya ilmiah tidak akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan menjemukan. Alasan dibangun atas berbagai paragraf yang mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses itu, diharapkan bahwa pembaca akan mudah memahami jalan pikiran penulis.
Sistematika dan Kejelasan Karangan
                       
Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan untuk menulis sebuah berita di surat kabar atau artikel di majalah, misalnya. Jika kita akan menulis di media tersebut, topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tujuan juga jelas, yakni menyajikan informasi yang hangat dan aktual ke tangan pembaca. Siapa yang menjadi pembaca berita atau artikel itu juga sudah jelas. Tidak demikian halnya dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai mahasiswa yang mendapat tugas dari pengajar, topik sudah ditentukan oleh pengajarnya. Namun, tidakjarang pula, topik harus ditentukan oleh penulis, dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Biasanya, topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Tujuan juga harus jelas karena tujuan penulis akan berkaitan dengan jenis tulisan yang dihasilkan.

            Syarat-syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah, antara lain, adalah tersusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara_terkendali, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan syarat itu, pemilihan topik disertai penetapan tujuan. Kemudian, topik dan tujuan itu dirumuskan menjadi sebuah tema yang utuh. Tema ini menjadi awal dari rangkaian penulisan sebuah karya ilmiah yang sistematis dan yang direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. Dengan demikian, akan dihasilkanlah sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan pembuktian yang tersusun secara sistematis.
Topik

            Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada  akhirnya, dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik. Mengenai judul akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan mengenai tema atau tesis.

topik berasal dari kata Yunani, topoi. Topoi berarti ‘tempat’. Jadi, kita menempatkan pokok persoalan atau pembahasan. Oleh karena itu, dalam karang-mengarang, topik adalah ‘pokok pembicaraan’. Ada empat syarat pemilihan topik, yaitu
a.        menarik perhatian penulis,
b.        diketahui dan dikuasai oleh penulis,
c.        harus cukup sempit dan terbatas, dan
d.        sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk penulis pemula).

Tujuan
            Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis adalah menetapkan tujuan penulisan. tujuan penulisan ada dua, yaitu sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah dipilih dan maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan. Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan topik melainkan pribadi penulis.

Tesis
            Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan untuk laras karangan pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut kalimat tesis. Dalam laras ilmiah, kalimat tesis adalah kalimat tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan sentral kalimat tesis tersebut.
           
Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Jadi, tema berarti bahwa ada ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’. Dalam proses penulisan sebuah karya, tema berarti ‘sebuah perumusan dari topik yang telah dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan topik tadi.

            Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema. dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral yang menonjol. Jika kita memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan sentral dari kalimat tesis adalah subjek, predikat, dan objek (jika ada) atau gagasan sentral adalah gagasan utama kalimat (dalam hal ini, kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk satu kalimat, dapat berupa kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat, tetapi tidak boleh berbentuk kalimat majemuk setara.
           
            Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat tesis, selain persyaratan kalimat tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan empat hal berikut ini.
a.        Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
b.        Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
c.        Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara.
d.        Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat tesis.
e.        Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, dan agak.
           
Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan. Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah karangan merupakan gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis tersebut. Kerangka karangan yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca topik dan tujuan si penulis.
Sebuah tesis yang baik harus mempunyai
1.     kejelasan yang diwujudkan melalui sebuah gagasan sentral yang dapat diikuti oleh perincian dan subordinasinya;
2.     kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan memayungi seluruh karangan dan menjaga agar fokus pembicaraan akan tetap terjaga;
3.     perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian dengan logis dan teratur sehingga pembaca akan dengan mudah mengikuti alur berpikir penulis;
4.     keaslian dalam hal pemilihan pokok persoalan, sudut pandang, dan pendekatannya sehingga rangkaian kalimat dan pilihan katanya pun akan terlihat keasliannya; dan
5.     judul yang cocok yang menggambarkan tema karangan tetapi tidak mengungkapkan seluruh­ isi karangan.

Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selulu sebuah topik itu sama dengan judul.
Sebuah judul harus memiliki persyaratan
a.        ringkas,                
b.        provokatif, dan
c.        relevan dengan isi.
Pembuatan judul dapat dilakukan dengan cara berikut.
1.     Mencari kata-kata kunci.
2.     Mewaspadai kalimat-kalimat yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau istilah yang digunakan dalam tulisan. Hal-hal itu berpotensi untuk diangkat sebagai judul.
3.     Membaca judul- judul yang pernah dibuat oleh penulis lain.
4.     Membuat tulisan yang lengkap terlebih dahulu.
5.     Membuat beberapa pilihan judul, coba terapkan pada karangan. Jangan takut membuat penyesuaian, baik pada judul maupun pada tubuh karangan.







Kerangka Karangan

Pengertian Kerangka Karangan
                        Pada umumnya, ketika akan menulis karangan ilmiah, penulis membuat sebuah bagan atau rencana kerja. Hal itu dimaksudkan agar isi pikiran yang akan dituangkan ke dalam tulisan teratur, terperinci, dan sempurna. Bagan  yang dibuat dapat beberapa kali mengalami perubahan demi perbaikan dan penyempurnaan.
                        Metode yang biasa dipakai untuk maksud tersebut disebut outline atau kerangka karangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.

Manfaat Kerangka Karangan
                        Mengapa pembuatan kerangka karangan sangat dianjurkan kepada penulis (terutama penulis yang baru mulai menulis)? Metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan karena kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.
a.        Menyusun karangan secara teratur
b.        Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
c.        Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
d.        Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu


Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Karangan
a.      Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan harus berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b.     Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi.  Dalam hal ini, penulis boleh mencantumkan sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung melakukan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c.      Langkah yang Ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
·       Pertama: Topik yang tidak relevan dengan tesis dicoret dari daftar.
·       Kedua: Jika ada lebih dari satu topik  yang sama tetapi dirumuskan dengan cara yang berlainan, buatlah perumusan baru.
·       Ketiga: Bila ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan dari topik yang lain, masukkanlah topik bawahan itu ke topik yang lebih tinggi.
·       Keempat: Jika ada dua topik atau lebih yang sederajat tetapi lebih rendah daripada topik yang lain, pilihlah dengan cermat mana topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.
d.     Untuk mendapatkan sebuah kerangkan karangan yang sangat terperinci, langkah kedua dan ketiga dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e.      Selanjutnya ialah menentukan pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.


Pola Susunan Kerangka Karangan
1.        Pola Alamiah
         a. urutan waktu (kronologis)
         b. urutan ruang (spasial)
         c. topik yang ada
2.        Pola Logis
         a. urutan klimaks dan antiklimaks
         b. urutan kausal
         c. urutan pemecahan masalah
         d. urutan umum-khusus
         e. urutan familiaritas
         f.  urutan akseptabilitas
             
Macam-Macam Kerangka Karangan
         Kerangka karangan dapat dibedakan berdasarkan dua parameter yaitu sifat perinciannya dan perumusan teksnya.
1.        Berdasarkan Perincian
         a. kerangka karangan sementara
         b. kerangka karangan formal
2.        Bedasarkan Perumusan Teksnya
         a. kerangka kalimat
         b. kerangka topik

Kutipan dan Sistem Perujukan
            Dalam Bab Kerangka Teoretis, seorang penulis akan melakukan sintesis, langkah terakhir dalam penyusunan bab itu. Dalam karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas kutipan tersebut. Cara penulis mengutip dan membuat rujukannya berkaitan erat  dengan penyusunan daftar bacaan (bibliografi).
Kutipan
            Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
            Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN” dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat berbagai kutipan tersebut. Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN” dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat berbagai kutipan tersebut.


Penggunaan kutipan memiliki beberapa tujuan, yaitu
·       untuk menegaskan isi uraian
·       untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis.
·       untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis.
·       untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan.
·       untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang dibahas.
·       untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri (plagiat)
Ada beberapa cara mengutip yang dapat diterapkan secara bervariasi dalam tulisan. Jenis kutipan itu ialah sebagai berikut.
A.  Kutipan Langsung
1.        Kutipan Langsung Pendek
diintegrasi langsung dengan teks
diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
diapit tanda kutip
disebut sumber rujukan       
2.        Kutipan Langsung Panjang
dipisahkan dari teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks.
diberi berjarak rapat antarbaris dalam kutipan
boleh diapit tanda kutip, boleh juga tidak
disebut sumber rujukan       
B. Kutipan Tak Langsung
diintegrasi langsung dengan teks
diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
tidak diapit tanda kutip
disebut sumber rujukan    
C.        Kutipan pada Catatan Kaki (Footnotes)
selalu diberi jarak spasi rapat
dimasukkan dalam tanda kutip
Dikutip tepat sebagaimana teks aslinya.
D.       Kutipan atas Ucapan Lisan
meminta persetujuan dari sumber
mencatat tanggal dan peristiwa tempat ujaran itu diucapkan
menyebut dengan jelas sumbernya
menuliskan kutipan secara langsung atau tidak langsung pada badan teks atau pada Catatan Kaki

Sistem Perujukan
Sistem rujukan digunakan sebagai sumber referensi  jika penulis
·       menggunakan kutipan dengan berbagai cara yang disebutkan di atas
·       menjelaskan dengan kata-kata sendiri pendapat penulis atau sumber lain
·       meminjam tabel, peta, atau diagram dari suatu sumber
·       menyusun diagram berdasarkan data penulis atau sumber lain
·       menyajikan suatu pembuktian khusus yang bukan suatu pengetahuan umum
·       merujuk bagian lain pada teks.
                       


Sebenarnya, setiap bidang ilmu memiliki sistem perujukannya masing-masing. Sistem perujukan di kedokteran berbeda dari sistem perujukan ekonomi atau teknik.
Namun, ada dua sistem pendokumentasian sumber bacaan yang sering digunakan sebagai dasar kutipan kita, yaitu
·       sistem catatan (note-bibliography) yang menyajikan infomasi mengenai sumber dalam bentuk catatan kaki (footnotes) atau catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar pustaka (blibiography). Cara ini direkomendasikan oleh The University of Chicago Press dan dikenal dengan sebutan format Chicago
·       Sistem langsung (parenthetical-reference) yang menempatkan informasi mengenai sumber dalam tanda kurung dan diletakkan (a) langsung pada bagian yang dikutip, (b) pada daftar kutipan (list of work cited), atau (c) pada daftar pustaka. Cara kedua ini ialah cara yang direkomendasikan oleh MLA (Modern Language Association) dan APA (The American Psychological Association).
Unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam menyusun Catatan Kaki:
·       Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama diri
·       Judul karya tulis yang dicetak miring dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama kecuali kata sambung dan kata depan
·       Data publikasi berisi nama tempat (kota), koma,dan tahun terbitan yang diletakkan di antara tanda kurung, dan nomor halaman yang diletakkan di luar tanda kurung, contoh: (Jakarta:    Gramedia, 1967), 49—51.
·       Untuk kutipan pada buku berjilid atau dari jurnal/majalah ilmiah, nomor jilid menggunakan angka romawi dan angka arab, diikuti dengan data publikasi dalam kurung, koma, dan diakhiri nomor halaman yang menggunakan angka arab, contoh: MISI, I (April, 1963): 27—30.
Jika dalam sistem catatan terjadi perujukan lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama, digunakan singkatan yang berasal dari bahasa Latin untuk merujuk sumber pertama.
Singkatan itu ialah
a)       Ibid. : singkatan ini berasal dari kata lengkap ibidem yang berarti ‘pada tempat yang sama’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu langsung pada karya yang disebut dalam perujukan nomor sebelumnya. Jika nomor halaman pengacuan sama, tidak perlu dicantumkan nomor halaman. Jika berbeda, setelah Ibid. dicantumkan nomor halaman. Contoh: Ibid.,  87. 
b)       Op.Cit. : singkatan ini berasal dari gabungan kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama  yang berasal dari buku namun diselingi perujukan lain. Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf,  op.cit.,  87.
Loc.Cit : singkatan ini berasal dari gabungan kata loco citato yang berarti ‘pada tempat yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama  yang berasal dari artikel dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan lain. Oleh karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar (atau opus ‘karya’), artikel dirujuk dengan locus yang berarti ‘tempat’.  Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh loc.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf,  loc.cit.,  87.






REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI

1. Pendahuluan
            Pada saat menulis bab mengenai Kerangka Teoretis, berbagai teori dan konsep yang diajukan oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan teoretis untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu dikumpulkan dari berbagai buku teoretis yang sudah dibaca dan dipahami. Pendapat yang mendukung sudut pandang ayau yang mendukung alasan penulis akan dikutip.
Untuk dapat memperoleh intisari mengenai sudut pandang ahli yang pendapatnya menunjang sebuah karya ilmiah, ada beberapa langkah.
1.        Penulis membuat ringkasan.
2.        Penulis membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah dibuatnya.
3.        Penulis menyusun segala pengetahuan dari bacaan dalam sebuah sintesis.
            Semua kegiatan tersebut disebut kegiatan memproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi, reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, ikhtisar atau ringkasan, dan sintesis.

2. Ringkasan
            Salah satu untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.

            Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang dihilangkan adalah
·       keindahan gaya bahasa
·       ilustrasi atau contoh
·       penjelasan yang terperinci

            Meskipun memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam karangannya, pengarang berpendapat bahwa....”
Syarat ringkasan yang baik adalah
1)       ringkasan tetap mempertahankan urutan pikiran dan pendekatan penulis asli
2)       ringkasan tidak boleh mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
3)       Ringkasan harus disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.
1.        Membaca naskah atau teks asli beberapa kali.
2.        Mencatat gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap paragraf.
3.        Membuang paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
4.        Membuang berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
5.        Mengubah dialog langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
6.        Sedapat mungkin menggunakan kalimat tunggal.
7.        Menyusun ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.

3. Ikhtisar dan Abstrak
            Istilah ringkasan acapkali dikacaukan dengan istilah ikhtisar atau Abstrak. Memang, keduanya merupakan intisari dari sebuah teks asli. Akan tetapi, ada perbedaan besar dalam teknis pembuatannya. Sebuah ikhtisar atau abstrak dibuat jika penyusunnya sudah mampu membuat ringkasan dari sebuah teks. Jadi, penyusunan ikhtisar atau abstrak adalah langkah berikutnya setelah sebuah ringkasan disusun.
A. Ikhtisar
            Ikhtisar adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun ikhtisar yang digali dari sebuah teks. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya. Hal pokok yang membedakan ikhtisar dari rangkuman adalah sebagai berikut.
1)       Dalam ikhtisar, urutan dari teks asli tidak perlu dipertahankan.
2)       Ikhtisar tidak akan memberikan isi keseluruhan dari karangan asli secara proporsional.
3)       Bab-bab atau bagian dari teks asli yang dianggap kurang penting oleh penyusun ikhtisar dapat diabaikan.
Ciri ikhtisar adalah
·       merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks.
·       tidak mengandung hal baru, pikiran, atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
·       menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri.
            Contoh-contoh penggunaan ikhtisar dapat ditemukan dalam penulisan teras berita (lead) di surat kabar, sampul belakang buku, resensi buku, sinopsis film atau sinetron, atau kilasan berita.
Sebuah ikhtisar yang baik disusun berdasarkan 7 langkah berikut ini.
1.     Menetapkan tujuan membaca: gagasan apa yang saya butuhkan?
2.     Membaca dengan cermat: apa relevansi gagasan yang saya perlukan itu dalam konteks tulisan saya ini?
3.     Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun ikhtisar dengan kata-kata sendiri.
4.     Menyusun kerangka tulisan.
5.     Menulis ikhtisar.
6.     Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali.
7.     Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.

B. Abstrak
            Sebenarnya, abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang bermakna sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum bahwa kata abstrak berarti ‘ringkasan; inti; ikhtisar (karangan, laporan, dsb)’, sedangkan kata ikhtisar berarti ‘pandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan. Istilah abstrak berasal dari bahasa Inggris, sedangkan istilah ikhtisar berasal dari bahasa Arab. Jadi, sebenarnya kedua istilah itu berpadanan.
            Akan tetapi, di Indonesia, istilah ikhtisar dibedakan dari istilah abstrak. Ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang berlaku dalam laras umum, sedangkan abstrak merupakan rangkuman atau iktisar yang berlaku dalam laras ilmiah. Oleh karena itu, berlaku format tertentu bagi abstrak, baik untuk jurnal maupun untuk karya ilmiah.
Untuk tesis atau laporan tugas akhir, format aspek, yang disusun atas 200—250 kata, secara umum meliputi aspek:
a)       latar belakang dan tujuan penelitian
b)       bahan dan metode penelitian
c)        hasil dan kesimpulan yang nyata
            Untuk jurnal ilmiah, jumlah kata yang dibutuhkan hanya sekitar 75—100 kata dan diletakkan di awal sebuah artikel dan berlaku sebagai teras artikel (beranalogi dengan teras berita)

4. Sintesis

     Langkah terakhir yang wajib dilakukan dalam penulisan ilmiah adalah sintesis. Sintesis adalah tindakan merangkum berbagai pengertian atau pendapat sehingga merupakan suatu tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras dengan kebutuhan penulis. Khusus dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis.

     Sintesis merupakan tahap terakhir dan langkah yang paling penting dalam proses membaca kritis. Melalui sintesis, penyusun menciptakan pengetahuan baru melalui pemaduan beberapa bahan bacaan dari berbagai penulis. Sintesis merupakan kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan pemahaman atas beberapa tulisan. Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahaman atas kutipan tersebut.
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis.
1.        Penulis tidak boleh terkurung dalam pendapat ahli yang dibaca.
2.        Penulis harus membentuk dan mempertajam sudut pandangnya.
3.        Penulis harus mencari kaitan mendasar antara satu bacaan dan bacaan lain.
4.        Penulis harus mencari bagian bacaan yang akan menekankan kepentingan karya ilmiahnya.
5.        Dalam menulis buram, penulis harus memfokuskan setiap paragraf yang ditulisnya dalam simpulan yang terbentuk dari bahan bacaannya.

5. Daftar Pustaka (Bibliografi)

Pada bagian akhir sebuah karangan ilmiah akan terdapat sebuah daftar pustaka yang menjadi rujukan penulis selama melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Semua bahan rujukan yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang maupun sebagai data, disusun dalam daftar pustaka ini.
Adapun fungsi daftar pustaka ialah
·       membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
·       memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam dari kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
·       membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

sumber : Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar