Rabu, 09 Desember 2015

Peranan Olahraga bagi Perkembangan Psikis Anak-anak



Olahraga sejak dini secara umum dapat melatih interaksi sosial, sikap mental dan perilaku yang baik seperti disiplin, percaya diri, sportivitas dan kerjasama anak. Permainan-permainan yang terdapat pada olahraga mengajarkan hal-hal tersebut.

Permainan tunggal seperti badminton tunggal atau tenis tunggal dimana anak diharuskan untuk bermain sendirian, tidak ada partner atau tim yang membantu dalam pertandingan, melatih anak untuk bermental kuat: mandiri, percaya pada diri sendiri, berani serta tidak mudah menyerah. Di dalam setiap pertandingan anak-anak juga diajarkan untuk fokus pada suatu tujuan demi memenangkan pertandingan. Nalar anak juga sedikit demi sedikit akan berkembang untuk mencermati setiap peluang dan menganalisisnya dengan baik. Namun, jika suatu waktu sang anak harus mengalami kekalahan, ia akan belajar menerima kegagalan tersebut. Tidak dengan menangis tapi dengan menjadikannya suatu pembelajaran, introspeksi diri yang akan memperkaya pengetahuannya.
Sementara permainan jenis beregu akan memberi dampak psikis pada anak seperti interaksi sosial yang baik. Interaksi sosial yang baik ditandai dengan baiknya komunikasi anak atau anak tidak kesulitan dalam mengemukakan pendapat pribadinya. Daya analisis anak juga akan meningkat mengingat banyaknya pemain dalam satu tim. Jika dalam permainan tunggal seorang anak cukup menganalisis kemampuan dirinya sendiri serta lawan tandingnya, maka dalam permainan beregu seorang anak harus menganalisis kemampuan dirinya sendiri beserta anggota tim dan tim lawan. Demi satu tujuan yaitu, memenangkan pertandingan dalam permainan beregu sang anak mau tidak mau juga harus belajar untuk bekerjasama serta toleransi terhadap teman satu tim. Rasa egois yang mungkin terdapat pada anak perlahan akan hilang digantikan oleh rasa kebersamaan.
Melalui olahraga beregu, seorang anak juga belajar untuk berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam permainan olahraga anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya. Misalnya dalam permainan sepakbola, ada yang berperan sebagai kapten yang bertugas memimpin anggota lain, sedang yang lain menjalankan peran sebagai pendukung. Dalam hubungannya dengan jender, anak-anak melakukan permainan stereotype sesuai dengan budaya dan masyarakat setempat. Misalnya, anak-anak perempuan gemar berolahraga senam atau berenang sementara anak laki-laki berolahraga sepakbola atau basket.

- Jenis Olahraga yang Cocok untuk Diterapkan pada Anak Usia Tertentu
1.      Umur 2-3 tahun.
Olahraga yang sifatnya belum terstruktur, seperti berlari, berayun-ayun, memanjat, dan bermain air. Pada usia 2 tahun, anak sudah mampu melompat dengan satu atau kedua kaki, dan berlari. Pada usia 3 tahun, ia sudah bisa berubah-ubah arah (dari kanan ke kiri, dari depan ke belakang) dengan mudah. Umumnya, anak belum siap untuk bergabung ke dalam olahraga yang berstruktur atau terlibat dalam aktivitas yang sarat kompetisi.
2.      Umur 4-5 tahun.
Biasanya, anak sudah bisa menggelindingkan bola besar, menangkap bola serta piawai dengan sepeda roda tiga. Ia juga mulai suka berenang atau bersenam (tanpa diprogram).
3.      Umur 5-6 tahun
Banyak ketrampilan yang sudah dikuasai oleh anak , termasuk baris-berbaris, latihan keseimbangan (berjalan di atas titian balok), memanjat, berayun, bergelantungan, berguling, berputar, dll.
4.      Umur 6 tahun ke atas
Anak seusia ini, sudah dapat menggabungkan kemampuan-kemampuan motorik dasar meski belum sempurna. Olahraga terstruktur seperti badminton, basket, bisa mulai dikenalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar