Senin, 21 Desember 2015

LAPORAN DISKUSI FILSAFAT TENTANG TEORI NILAI



LAPORAN DISKUSI FILSAFAT TENTANG TEORI NILAI



1.       Bagaimana membedakan nilai itu obyektif dan subyektif?
Jawab : Nilai itu “obyektif” jika ia tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai, sebaliknya nilai itu “subyektif”  jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subyek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Juga terdapat pandangan bahwa nilai-nilai adalah obyektif, dalam arti bahwa nilai-nilai itu dapat didukung oleh argumentasi cermat dan rasional konsisten sebagai yang terbaik dalam situasi itu. Sedangkan subyektivisme aksiologis cenderung mengabsahkan teori etika yang disebut hedonisme, sebuah teori yang menyatakan kebahagiaan sebagai kriteria nilai, dan naturalisme yang meyakini bahwa suatu nilai dapat direduksi ke dalam suatu pernyataan psikologis. Nilai tergantung dengan pengalaman manusia tentangnya; nilai tidak memiliki realitas yang independen (relativisme aksiologis).

2.       Siapa saja tokoh pendukung nilai itu bersifat obyektif dan subyektif?
Jawab : Pendukung obyektivisme aksiologis yaitu Plato, Aristoteles, St. Thomas Aquinas, Maritain, Rotce, Urban, Bosanquet, Whitehead, Joad, Spauling, Alexander, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk pendukung subyektivisme aksiologis adalah Hume, Perry, Prall, Parker, Santayana, Sartre, dan lain-lain.

3.       Apa yang menjadi karakteristik nilai-nilai pancasila bersifat objektif dan subyektif?
Jawab : Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.      Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b.     Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan manusia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
c.      Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental dan suatu sumber hokum positif Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki tertib hokum Indonesia berkedudukan sebagai tertib hokum yang tertinggi dan tidak dapat diubah secara hokum, sehingga terletak pada kelangsungan hidup Negara.
Sedangkan nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai pancasila itu bergantung atau melekat pada bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana dijelaskan seperti berikut :
a.      Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsaIndonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut timbul atas pemikiran dan dan kristalisai nilai luhur bangsa.
b.     Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c.      Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai: kerohanian yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaanm etis, estetis dan nilai religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa (Darmodiharjo dalam Pryo Sularso : 2008). Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das solen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi das sein atau kenyataan.
 
4.           Mengapa masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran?
Jawab : Karena untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Untuk itu ada rumusan pendekatan konseptual yang dapat dipergunakan sebagai jalan pemecahannya, yakni dengan menggunakan pendekatan etik-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik, serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri, dan kreatif. Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Terwujudnya kondisi mental-moral dan spritual religius menjadi target arah pengembangan sistem pendidikan Islam. Oleh sebab itu, berdasarkan pada pendekatan etik moral-pendidikan Islam harus berbentuk proses pengarahan perkembangan kehidupan dan keberagamaan pada peserta didik ke arah idealitas kehidupan Islami, dengan tetap memperhatikan dan memperlakukan peserta didik sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang sosio budaya masing-masing.
 
5.           Apa yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai? Dan bagaimana cara menjawab hakikat nilai itu?
Jawab : Hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Kattsoff   dalam  Soejono  Soemargono  (2004:  323)  mengatakan  bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara:  Pertama,  nilai sepenuhnya berhakekat  subyektif,  tergantung  kepada  pengalaman  manusia  pemberi  nilai  itu sendiri.  Kedua,  nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun  tidak  terdapat  dalam  ruang  dan  waktu.  Nilai-nilai  tersebut  merupakan esensi  logis   dan  dapat  diketahui  melalui  akal.   Ketiga,  nilai-nilai  merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
 
6.           Apa yang terjadi jika manusia mengabaikan nilai agama?
Akibat jika manusia mengabaikan nilai-nilai agama, maka tidak ada keberkahan dalam hidupnya, tidak ada kenyamanan dan ketentraman, dan rasa kegelisahan yang dirasakan menyelimuti dirinya. Jika dalam lingkup masyarakat akan terjadi hingar bingar tawuran antar pelajar, antar kampung, antar warga, pergaulan bebas yang menjadi  masalah yang semakin memprihatinkan dan membuat repot pihak keamanan. Kemudian jika dalam lingkup rumah tangga akan terjadi perselisihan, KDRT, dan perselingkuhan.
Pengemis di jalan-jalan, di lampu merah, di tempat-tempat ramai, tampak semakin padat dan berbaris antrian menunggu uluran tangan dari jamaah salat Jum’at yang keluar dari masjid. Belum lagi pengemis amal jariyah untuk pembangunan masjid yang mangkal di jalan-jalan raya utama dengan suara lantang sempat memacetkan arus lalu lintas. Sungguh memalukan fenomena pandangan seperti ini yang dapat mengubah image masyarakat terhadap Islam. Apa yang dikatakan Rasul Muhamad saw. telah terbukti, yaitu bahwa kelak umatku akan banyak yang menjadi pengemis yang berkeliaran sementara sedikit dari umatku yang mau memberi  bantuan shodaqoh karena bakhil dan cinta harta.
 
7.           Dalam filsafat nilai dibedakan dalam tiga macam yaitu nilai logika, estetika, dan nilai etika/moral. Bagaimana contoh dalam kehidupan dari ketiga nilai tersebut?
Jawab : Berdasarkan ketiga nilai filsafat tersebut, dapat kita lihat contoh dalam kehidupannya, yaitu :
·       Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabannya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian.
·       Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa lukisan itu indah kepada orang yang tidak menyukai lukisan itu.
·       Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Misalkan kita di hadapkan pada situasi di mana pada saat kita jalan, kita menemukan sebuah dompet yang terdapat uang sejumlah 500rb dan terdapat kartu identitasnya. Di sini nilai moral kita akan terlihat. Bila moral kita baik pasti kita akan memberikan dompet itu kepada pihak yang berwajib atau lebih baik kita langsung mengembalikan kepada yang punya.
 
8.           Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Dan menurutnya nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan. Apa saja tingkatan nilai menurut Max Scheler tersebut?
Jawab : Tingkatan nilai menurut Max Scheler tersebut adalah :
·       Nilai kenikmatan, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan indera yang memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak;
·       Nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni jasmani, kesehatan serta kesejahteraan umum;
·       Nilai kejiwaan, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan pengetahuan murni;
·       Nilai kerohanian, yaitu nilai yang berkaitan dengan tingkatan modalitas dari yang suci.
 
9.           Apakah antara masyarakat yang satu dengan yang lain memiliki nilai yang sama atau berbeda? Bagaimana pendapat kalian?
Jawab : Antara masyarakat yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki nilai yang sama atau pun berbeda. Apabila kita mengingat pepatah lama dalam Bahasa Indonesia, yaitu: “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, atau pepatah dalam bahasa Jawa: “desa mawa cara, negara mawa tata”. Pepatah-pepatah ini menunjukan kepada kita tentang adanya perbedaan nilai di antara masyarakat atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan konsep asbtrak yang hidup di alam pikiran para warga masyarakat atau kelompok dan juga berada dalam hati nurani.
                                                                                               
10.        Bagaimana hubungan antara nilai dengan norma? Berikan contohnya!
Jawab : Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergesaran nilai, misalnya tentang kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang acapkali memperlihatkan artis-artis yang berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai kalangan semakin permisif terhadap kaum remaja yang pada mulanya berpakaian normal, menjadi ikut latah berpakaian minim dan terkesan makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulu menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin sekarang telah dianggap sebagai simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang sekarang dianggap trendy dan sesuai dengan konteks zaman sekarang (modern) adalah model rambut pendek dengan warna pirang atau kocoklat-coklatan. Jadi, berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
 
11.  Jika ada kasus seseorang melakukan suatu tindak kejahatan seperti mencuri uang kaya yang sombong dan jarang sekali bersedekah (seperti dalam cerita Robbin Hood). Maka nilai kebaikankah atau keburukan yang akan muncul dari situ?
Jawab :
Ini merupakan salah satu contoh dari nilai objectif atau subjectif. Subjek dapat melakukan pandangan dari 2 segi, yaitu segi niat dan segi cara. Jika dilihat dari segi niat pasti dan tentulah ini merupakan hal yang baik karena dia berniat ingin membantu sesamanya namun jika dilihat dari segi cara tentulah setiap tindakan pencurian apapun itu motifnya pastilah mencuri adalah perilaku yang salah.

12.    Dizaman modern seperti ini, jelas manusia dan alat komunikasi seperti gadget, laptop dan lain sebagainya sudah tidak dapat dipisahkan lagi, bagaimana pendapat Anda tentang kebiasaan dizaman canggih yang seperti ini jika dilihat dari segi aksiologi?
Jawab :
Segala sesuatu yang baik pastilah tak luput dari suatu kekurangan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Begitupula dengan masalah ini, teknologi jelas sekali banyak memberikan  dampak yang baik bagi kehidupan manusia, komunikasi semakin mudah, mengetahui informasi pun akan semakin mudah, yang jauh akan terasa semakin dekat karena kecanggihan dari teknologi masa kini. Namun jelas dibalik itu semua pastilah teknologi mempunyai banyak kekurangannya juga. Dilihat dari etika dan pendidikan jelas perkembangan iptek akan mempengaruhi seseorang dengan baik jika tidak ada landasan etika agama didalam diri orang tersebut,

13.    Didalam makalah dijelaskan bahwa “Adapun yang mendasari hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan adalah lebih menitik beratkan kepada “predikat” keindahan yang diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler” termasuk salah satunya adalah seni sebagai alat kesenangan. Jika seni dilihat dari segi ini tentulah akan banyak orang yang melakukan hal buruk yang dilandaskan pada seni sebagai alat kesenangan. Bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut?
Jawab :
Jelas sekali bahwa manusia jika hidupnya tidak berlandaskan pada etika agama, etika masyarakat, norma agama dan norma masyarakat jika dilihat dari segi seni sebagai alat kesenangan semua orang akan melakukan seni apapun yang menurut mereka senang tanpa memikirkan adanya orang lain di dunia ini. Namun kembali lagi pada etika setiap manusia perlu dan amat penting dalam menjaga etka dalam masyarakat apalagi etika beragama.

14.  apakah benda itu bernilai karena kita menilainya, ataukah kita menilainya karena benda itu bernilai?
Jawab: Suatu benda dikatakan memiliki nilai jika benda itu berguna dan berkualitas (baik, benar, indah, adil, dsb). Nilai atau kwalitas itu harus tertentu, yang dapat menyebabkan orang mengakuinya.

15.  Benar dan baik memiliki arti yang sama namun makna yang berbeda, mengapa demikian?
Jawab: karena yang benar belum tentu baik dan yang baik belum tentu benar.

16.  Bagaimana cara menilai baik dan buruk secara tepat?
Jawab:
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini
bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
 
 





1 komentar:

  1. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus