Jumat, 18 Desember 2015

PERKEMBANGAN KURIKULUM (Kurikulum 1984)



Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang.. Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan zamannya.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1       Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
1.2.2       Bagaimana terbentuknya kurikulum 1984?
1.2.3       Apa yang mendasari perubahan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984?
1.2.4       Perbaikan apa saja yang terdapat dalam kurikulum 1984?
1.2.5       Apa saja ciri-ciri umum kurikulum 1984?
1.2.6       Kebjakan apa saja yang terdapat dalam kurikulum 1984?
1.2.7       Apa hakikat CBSA?
1.2.8       Prinsip apa saja yang terdapat dalam CBSA?
1.2.9       Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam kurikulum 1984?
1.2.10    Apakah implementasi kurikulum 1984 dalam pengajaran matematika?

1.3  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui:
1.3.1        Pengertian kurikulum
1.3.2       Sejarah terbentuknya kurikulum 1984
1.3.3       Dasar perubahan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984
1.3.4       Perbaikan yang terdapat dalam kurikulum 1984
1.3.5       Ciri-ciri umum kurikulum 1984
1.3.6       Kebjakan yang terdapat dalam kurikulum 1984
1.3.7       Hakikat CBSA
1.3.8       Prinsip yang terdapat dalam CBSA
1.3.9       Kelebihan dan kekurangan dalam kurikulum 1984
1.3.10    Implementasi kurikulum 1984 dalam pengajaran matematika



Bab II
Pembahasan
A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam arti sempit adalah: “Sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan  tinggi yang  harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat“. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, “Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah”. Kurikulum menurut pengertian modren adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang di rencanakan dan di organisir untuk di atasi siswa untuk mencapai tujuan dan merupakan keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar.
Dalam pendidikan formal kurikulum merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengajaran, saat itu asumsi yang di bangun adalah kurikulum yang merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis dan dikembangkan terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, kurikulum ini berlaku selama 9 tahun. Karena pengajaran berpangkal padanya. Dalam kurikulum terangkum pula pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana seorang anak didik diarahkan dalam perkembangan segenap potensinya. Kurikulum selalu menyangkut persoalan mengenai apa yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu diajarkan, karena itu kurikulum tidak terlepas dari pengajaran.

B.    Sejarah Perkembangan Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum. Kurikulum ini disusun karena kurikulum terdahulu dianggap memiliki banyak kekurangan,
Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni
1.     Pelaksanaan PSPB
2.     Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
3.     Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
4.     Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh karena itu juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny R. Semiawan, kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.

C.    Dasar Perubahan Kurikulum
Kurikulum 1984 merupakan perbaikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1975.Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.  Dalam kurikulum 1984 ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
1.     Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2.     Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
3.     Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
4.     Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
5.     Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6.     Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.

D.    Perbaikan dalam kurikulum 1984
1.     Peninjauan kembali secara menyeluruh kurikulum yang berlaku melalui pendekatan pengembangan dengan bertitik tolak pada:
a)     Pilihan kemampuan dasar, baik pengetahuan maupun keterampilan yang perlu dikuasai dalam pembentukan kemampuan dan watak peserta didik.
b)     Keterpaduan dan keserasian antara matra kognitif, afektif dan psikomotorik.
c)     Penyesuaian tujuan dan struktur kurikulum dengan perkembangan masyarakat, pembangunan, ilmu pegetahuan dan teknologi.
2.     Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sebagai bidang/program yang berdiri sendiri, dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Tingkat Atas, termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
3.     Pengadaan program studi baru yang merupakan usaha memenuhi kebutuhan perkembangan di lapangan kerja. Salah satu prinsip pengembangan kurikulum 1984 adalah prinsip dekonsentrasi yang mempunyai arti adanya pembagian kewenangan dalam pengembangan kurikulum antara Pusat dan Daerah. Kewenangan daerah dalam hal ini terutama terletak pada pengembangan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat dan lapangan kerja di daerah. Untuk maksud ini maka Staf Bidang Dikdas dan Dikmenum, Kanwil Depdikbud memerlukan koordinasi/kerjasama dengan Kantor Depdikbud tingkat Kabupatan dan atau Tingkat Kecamatan, Instansi lain yang terkait, misalnya Kanwil Depnaker, KADIN, dan Perusahaan, Pemerintah Daerah antara lain Gubernur, Walikota/Bupati, khususnya BAPPEDA.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksudkan dengan perangkat kurikulum 1984 adalah :
1)      Landasan, Program, dan Pengembangan
2)      Garis-Garis Besar Program Pengajaran
3)      Pedoman-pedoman Pelaksanaan Kurikulum 1984

E.     Ciri-ciri Umum dari  Kurikulum CBSA
1.     Berorientasi pada tujuan instruksional
2.     Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
3.     Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
4.     Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
5.     Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

F.     Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1.     Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
2.     Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3.     Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
a.       A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
b.       A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
c.       A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d.       A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
4.     Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

G.    Hakikat Cara Belajar Siswa Aktif
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut :
a)     Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b)     Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan computer
c)     Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
d)     Pengevaluasian hasil pembelajaran
e)     Prinsip CBSA di pelihara terus

Keaktifan dalam model CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam hal di persyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Salah satu cara untuk meninjau derajat ke CBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar adalah dengan menkonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar. McKeachie mengemukakan tujuh dimensi di dalam proses belajar mengajar,yang didalamnya dapat terjadi variasi kadar ke CBSA-san. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah :
1.     Partisipasi siswa di dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar mengajar
2.     Tekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.
3.     Partispasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4.     Penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah.
5.     Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
6.     Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan -keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
7.     Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik aatau tidak maupun yang berhubungan dengan pelajaran(Hasibuan, 1995:9)
Hakikat CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional peserta didik dalam proses belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a)     Proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan. 
b)     Proses perbuatan dan pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam pembentukan keterampilan.
c)     Proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan nilai dan sikap.
H.    Prinsip-prinsip CBSA
Nurdin dan Usman mengemukakan tentang prinsip-prinsip CBSA yaitu sebagai berikut: 
1.          Yang terlihat atau tampak pada peserta didik
a.      Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat pada anak dalam suatu proses belajar-mengajar.
b.     Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna berpartisipasi dalam persiapan proses dan tindak lanjut suatu kegiatan belajar mengajar
c.      Berbagai usaha serta kreatifitas pada diri peserta didik dala mrnyelesaikan kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat keberhasila                                                                                                                                                                                                     dalam suatu proses belajar mengajar.
d.     Dorongan ingin tahu yang besar dari peseta didik untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
e.      Rasa bebas dan lapang mengerjakan sesuatu tanpa tekanana dari siapapun, termasuk guru di dalam proses belajar mengajar.
2.          Yang terlihat pada dimensi guru
a.      Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan peserta didik/siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
b.     Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai innovator dan motivator yang senantiasa mau menemukan hal-hal yang baru dalam PBM
c.      Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
d.     Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama serta tingkat kemampuan masing-masing dalam proses belajar mengajar.
e.      Kemampuan untuk menggunakan semacam strategi belajar mengajar serta pendekatan multi-media dalam prosesbelajar mengajar.
3.          Yang terlihat pada dimensi program
a.      Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang dapat memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
b.     Program yang memungkinkan terjadinya pengembanan konsep maupun aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar.
c.      Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode, dimana semua peserta didik memahaminya dalam proses belajar mengajar. 
Pendekatan CBSA  dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik :
a.    Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan waktu luang dirumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan sendiri. Hal ini akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar disekolah.
b.    Pembelajaran individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuailan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti minat abilitet, bakat, kecerdasan, dsb.guru dapat mempersiapkan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedangkan pilihan diakukan oleh siswa masing-masing dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan.
c.    Belajar  kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Taknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah.
d.   Tanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok dengan kelompok lainnyamemberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kurikulum dasar CBSA akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya.
e.    Belajar inquiriy/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Mereka sendiri yang merumuskan masalah, mengumpulkan masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini keaktifan siswa belajar memang lebbih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar mandiri.

I.       Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
b.     Kelebihan kurikulum 1984
2.       Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
3.       Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat.
4.       Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
5.       Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
6.       Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
7.       Memasyarakatkan  keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif.
c.      Kelemahan kurikulum 1984
1.          Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
2.          Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, Sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3.          Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
4.          Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.
5.          Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, Sehingga prakarsa serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
6.          Diperlukan waktu yang  banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7.          Guru kurang berperan aktif.
J.      Implementasi Kurikulum 1984 dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika kedua. Diawali oleh kekhawatiran Negara maju yang akan disusul oleh Negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman Barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Perubahan kurikulum 1975 ke 1984 sebenarnya tidak terlalu banyak baik dari sisi materi maupun cara pengajarannya. Perbedaan utama dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum 1984 materi pengenalan komputer mulai diberikan.Menurut Ruseffendi (1988,h.102), dimasukannya materi komputer ke dalam kurikulum matematika sekolah merupakan suatu langkah maju. Hal ini dapat dipahami, karena penggunaan alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator dapat memungkinkan siswa untuk dapat melakukan kegaiatan eksplorasi dalam proses matematika mereka baik dengan menggunakan pola-pola bilangan maupun grafik. Teori Belajar yang digunakan pada kurikulum 1984 juga lebih bersifat campuran antara teori pengaitan, aliran psikologi perkembangan dan aliran tingkah laku.
Contoh beberapa materi yang ditambahkan dalam kurikulum ini diantaranya:
  1. Permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
  2. Di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer.

Bab III
Penutup
3.1    Kesimpulan
Kurikulum yang terus berubah bertujuan untuk memperbaiki dan memperbaharui dalam proses penyempurnaan kurikulum yang sebelumnya agar sesuai dengan tantangan masa depan yang terus maju. Kurikulum 1984 merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum 1975. Secara umum, isi dari kurikulum 1984 mengarah pada orientasi pelajaran yang menekankan pada keseimbangan antara kognitif, keterampilan, sikap, antara teori dan praktik, menunjang akan tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Kualifikasi lulusan lebih jelas dan terarah pada lapangan pekerjaan tertentu. Mengandung unsur peningkatan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Orientasi kurikulum pada pendekatan bidang studi program yang terbagi menjadi 2 program yang dilaksanakan oleh SMA yakni program A program-program yang disesuaikan dengan kepentingan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan program B program yang disesuaikan dengan bidang-bidang kehidupan di masyarakat (ketrampilan). Pada program B untuk SMA dimaksudkan untuk memberikan bekal dasar ketrampilan, tetapi bagi SMK program-program yang ada di program B akan didapat secara mendalam.
3.2  Saran
Sebenarnya kurikulum dengan model CBSA ini sangat bagus, namun seharusnya sebelum diterapkan di sekolah-sekolah diadakan sosialisasi, pelatihan serta bimbingan mengenai kurikulum ini.

Daftar Pustaka
As’ari, A.R., 2000, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika Makalah disajikan pada Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan Matematika pada Pendidikan Dasar, Malang: UM Malang.
Krismanto, Al, 2000, Penilaian Bahan Penataran Guru SLTP, Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta.
Winataputra, H. Udin S., 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka

Sumber lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar