Sabtu, 19 Desember 2015

FILSAFAT ILMU DALAM PEMERINTAHAN



            Menurut Aristoteles, politik dalam pemerintahan membentuk sebuah siklus, yakni siklus kekuasaan. Siklus kekuasaan adalah bentuk kekuasaan yang melingkar dan mengulang,  tujuannya menciptakan kekuasaan absolut. Siklus  kekuasaan terdiri dari enam bentuk pemerintahan, diantaranya monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan mobokrasi.

            Pemerintahan monarki adalah bentuk kekuasaan dimana seorang individu menguasai banyak individu demi kepentingan bersama. Jika seorang individu menguasai banyak individu demi kepentingan pribadi, itu dinamakan tirani.  Pemerintahan tirani adalah bentuk negatif dari pemerintahan monarki.
            Pemerintahan aristokrasi adalah bentuk kekuasaan dimana suatu kelompok menguasai banyak individu demi kepentingan bersama. Aristokrasi muncul setelah pemerintahan monarki berubah menjadi tirani. Bentuk negatif dari pemerintahan aristokrasi adalah pemerintahan oligarki. Pemerintahan oligarki terjadi karena suatu kelompok berkuasa demi kepentingan kelompok tersebut.
            Pemerintahan demokrasi adalah bentuk kekuasaan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Demokrasi bersifat bebas, artinya rakyat juga punya pengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Pemerintahan demokrasi berubah menjadi mobokrasi, jika rakyat terpecah karena perbedaan pendapat. Pada saat itulah monarki akan digunakan kembali sebagai pengganti demokrasi.
            Menurut Aristoteles, bentuk kekuasaan terbaik adalah perpaduan dari pemerintahan monarki dan pemerintahan demokrasi. Namun, penerapan dari kekuasaan ini sulit, sehingga jarang untuk suatu negara menerapkan bentuk pemerintahan tersebut.
            Aristoteles juga berpendapat bahwa negara yang baik adalah negara yang tidak besar maupun tidak kecil. Jika suatu negara besar, sumber daya alamnya melimpah, mengakibatkan konflik karena masyarakat akan menjadi serakah dan pemalas, sulit dalam mempertahankan negara, dan akhirnya cita-cita negara tidak tercapai. Jika suatu negara kecil, sumber daya alamnya terbatas, mudah diserang negara lain, dan juga cita-cita negara sulit dicapai. Jadi, negara yang baik adalah negara yang sedang, sumber daya alamnya mencukupi, dan mudah dalam pencapaian cita-cita negara.
            Kita telah mengetahui bentuk pemerintahan menurut Aristoteles. Namun, tujuan utama bentuk pemerintahan adalah menciptakan kesejahteraan bersama antara pemerintah dan masyarakat.  Oleh Sebab itu, bentuk pemerintahan dikatakan berhasil, ketika masyarakat di dalamnya menjunjung tinggi Etika Nikomakea.
Etika Nikomakea adalah etika berperilaku baik untuk tujuan hidup baik. Etika Nikomakea dikemukakan oleh Aristoteles. Salah satu dasar dari Etika Nikomakea adalah tujuan baik. Kita bisa menganalogikan sebilah pisau. Fungsi dari pisau adalah memotong. Oleh sebab itu, pisau yang baik adalah pisau yang sering diasah. Begitu juga dengan obat. Fungsi dari obat adalah menciptakan masyarakat yang sehat. Jadi, seberapa baik anda meracik obat, seberapa baik juga anda berperilaku baik. Selain itu, watak juga salah satu dasar dari Etika Nikomakea, maksudnya konsisten berperilaku baik. Kita analogikan diet. Diet seseorang akan sukses jika dilakukan secara konsisten. Jadi, mengubah watak menjadi lebih baik bisa dimulai dari berhenti mengumpat. Ketika kita berhenti mengumpat, kita pasti merasakan sensasi luar biasa. Sensasi inilah yang menciptakan etika berperilaku baik.
            Di negara berkembang, orang tua lebih berfokus untuk memacu anaknya memasuki akademi yang siap kerja ketika lulus. Oleh sebab itu, suatu negara berkembang cenderung akan menghasilkan lulusan S1 berkuantitas dari pada berkualitas. Itulah alasan mengapa ilmu humaniora perlu untuk ditingkatkan demi kualitas sumber daya manusia.
Secara umum, humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia. Contoh dari disiplin humaniora yaitu bahasa kuno dan modern, literatur, hukum, sejarah, filosofi, agama, seni audio-visual, dan seni drama. Subyek-subyek tambahan yang terkadang masuk dalam humaniora adalah teknologi, antropologi, studi area, studi komunikasi, studi kultural, dan linguistik, meskipun cabang tersebut selalu dianggap sebagai ilmu sosial.
Pada abad ini, ilmu humaniora mengalami perubahan yang besar. Hal ini dikarnakan, mahasiswa/i belajar di universitas untuk mencari uang, menanamkan modal demi keuntungan di masa depan. Selain itu, universitas cenderung ingin menciptakan mahasiswa/i yang memenuhi kebutuhan pasar, sehingga pamor universitas meningkat keuntunganpun memuncak. Pada akhirnya,negara akan menciptakan banyak generasi low skill, plagiarisme, dan pengangguran.
Agama merupakan nilai penting dalam nilai-nilai humaniora. Oleh sebab itu, pengembangan ilmu dan teknologi harus didasari oleh ajaran agama, karena agama adalah pedoman untuk memanusiakan manusia.
Kita harus mencapai tujuan kita meskipun itu termasuk risky choice. Kita tidak perlu takut terhadap risky choice. Jika kita gagal, berarti kita telah menyelesaikan salah satu tujuan kita hidup, yaitu merasakan kegagalan. Kita harus menikmati aroma kegagalan, bukannya meratapi kegagalan.
Pengalaman lebih berharga dari pada uang, uang bisa dicuri, sedangkan pengalaman tidak. Jadi, seberapa baik hidup anda, seberapa banyak pula pengalaman anda.
Kesimpulannya, pemerintah harus peka mempengaruhi rakyatnya sehingga rakyat menjunjung tinggi Etika Nikomakea dan ilmu humaniora. Media adalah salah satu cara menerapkan revolusi mental. Lebih baik memperbaiki tontonan generasi muda daripada mengubah kebijakan pendidikan, karena ilmu dan pengalaman lebih banyak diperoleh lewat media dari pada pendidikan jenjang sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar