Senin, 30 November 2015

Psikologi Warna, Biarkan Warna Berbicara


Alam di sekitar kita menyajikan warna-warni yang sangat kaya, lebih kaya dari sekedar warna pelagi mejikuhibiniu. Psikologi warna mempelajari dan mengidentifikasi persepsi manusia terhadap warna-warni benda yang ada di alam. Suasana hati seseorang bisa pula terpengaruh dengan adanya warna yang tertangkap indera penglihatan. Untuk itu, biarkan warna bicara apa adanya.

Filosofi Angin


Cinta itu tidak rumit, hanya orang-orang yang mecintalah yang rumit. Cinta bukan soal gengsi, rindu yang menggebu, degdegan, bertemu-lalu pergi ataupun sakit dan kecewa. Bukan, bukan soal itu. Tapi, bagaimana cinta dan orang-orang yang bermain dengan cintalah yang membuat aku menjadi semakin dewasa. Banyak orang mengganggap cinta juga soal sex, tangisan dan juga dibawa terbang keatas lalu dijatuhkan. tapi, cinta adalah tentang ketulusan  dan memaafkan.
Semuanya memang sepeti angin.

FILOSOFI MATAHARI

panas_terik_sinar_matahari_100505142151

Entah kenapa akhir-akhir ini aku sedang rindu dengan matahari. Tugasnya yang mulia, maknanya yang dalam, dan pengabdiannya yang inspiratif. Mungkin sudah banyak orang yang mengagumi ciptaan Allah yang satu ini, sudah banyak yang menyadari betapa mulianya matahari. Kalau aku bilang, matahari adalah bentuk pengabdian tiada batas.
Kenapa?
matahari, adalah simbol kesetiaan. Dia menyinari bumi sudah sejak bertriliyun tahun yang lalu, dan sampai sekarang dia tidak pernah menghentikan sinarnya, terus dan terus memberikan kehidupan, walaupun makhluk bumi terkadang menyalahkan matahari yang terus bersinar dengan terang.

Memaknai Hidup

Dalam setiap kehidupan sering kita menemui suatu pemikiran yang berbeda dari setiap orang, perbedaan pemikiran itu merupakan suatu hal yang wajar dalam hidup ini.
Karena setiap masing-masing individu itu masing-masing memiliki pemaknaan berbeda-beda dalam memandang suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi. Pemaknaan yang berbeda-beda akan suatu hal nantinya juga akan berujung pada sistem nilai yang dianut oleh individu-individu tersebut, tentunya dengan pemaknaan yang berbeda, sistem nilai yang berbeda akan membawa konsekuensi yang berbeda pula bagi para individu tersebut.

baru tau arti kata “naif”

Semoga status ‘Sedikit Melepas Naif’  Juga menjawab arti makna naif yang saya fahami sendiri. (*bagi yang masih ngerasa di umurnya yang sekian belum juga mengerti tentang arti naif, tenang teman, saya juga baru tau makna naif akhir-akhir ini.. kikikikik…)

Air dan Sebagian Nilai Filosofisnya Dalam Kehidupan

Banyak yang berpendapat bahwa orang yang menggunakan filosofis air dalam hidupnya adalah orang yang pasrah dengan keadaannya, dengan hanya melihat beberapa sifat air. Hmm sepertinya pikiran itu harus di kaji ulang kembali deh.
Karena nilai dari sebuah filosofi kehidupan menurutku tidak bisa dipandang dari satu sisi saja, dari satu orang saja dan dari pikiran kita saja, karena menurutku hal itu kembali kepada pribadi masing-masing bagaimana dia bisa menjadikan sebuah filosofi hidupnya itu mampu berguna buat dirinya dan juga orang lain, yah ambil yang positifnya dalam kehidupan sekitar kita, seperti air.

Ini dia Karakteristik Pendidik Guru

Artikel ini sangat penting bagi kita untuk memahami profil  pendidik guru. Karena, bisa saja kan, ini menambah wawasan bagi kita sebagai pemegang peran dari seorang pendidik ?.

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih dokumen tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas belajar mengajar. KTSP merupakan perangkat pengembangan program pendidikan yang mengantarkan siswa memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat meningkatkan potensi peserta didik secara utuh. Prinsip pengembangan kurikulum adalah: (1)  berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3)  tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Beberapa Rahasia Dibalik 17 Agustus 1945

17 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesia, dimana pada hari itu, tepatnya hari jum'at, telah dilaksanakan Pembacaan Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Tapi tahukah Anda, dibalik peristiwa tersebut, terdapat beberapa rahasia, berikut ini adalah rahasia-rahasia tersebut.

Kearifan Lokal Suku Baduy Dalam

Sistem perekonomian Baduy lebih mengutamakan sistem tertutup, artinya aktivitas ekonomi dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan diproduksi serta dikonsumsi dilingkungan Baduy sendiri. Mata pencaharian mereka pada umumnya adalah bertani atau bercocok tanam.Seluruh masyarakat di Baduy belajar untuk bekerja di pertanian sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Di Baduy terdapat aturan dalam pertanian yang diikuti oleh masyarakatnya. Ada waktu dimana mereka harus mengolah tanah, menanam, maupun memanen hasil pertaniannya. Sistem pertanian disana adalah dengan sistem berladang dan berkebun. Pada masa dimana mereka tidak sedang bekerja di ladang, Baduy laki-laki bekerja di hutan untuk berburu dan memanen madu, sementara Baduy wanita bekerja menenun dirumah untuk membuat baju, selendang, sarung, serta kerajinan tangan seperti tas.
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan. Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh.
Nilai-nilai kearifan masyarakat baduy yang sederhana dengan tidak mementingkan materi dalam kehidupannya menjadi sebuah contoh dimana mereka hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya, bahkan dalam bertani mereka mengikuti aturan-aturan yang ada dimasyarakat, diantaranya tidak menggunakan pupuk kimia, masyarakat baduy memupuk tanamanya dengan pupuk buatan mereka sendiri dari bahan-bahan organik, sebuah nilai kearifan lokal masyarakat baduy yang tidak mau merusak alam dengan menggunakan bahan kimia, berbeda dengan kebanyakan masyarakat lain yang menggunakan pupuk kimia dengan tujuan hasil panen yang melimpah dan cepat, tetapi tidak memperdulikan lingkungan alam yang akan rusak karena bahan kimia dalam pupuk yang digunakan. Selain itu Penanggulangan hama padi pada masyarakat Baduy bersifat mengusir daripada membunuh. Dalam bertani, mereka selalu menjaga keselarasan dengan alam, bukannya melawan alam. Maka dari itu, dalam penanggulangan hama padi huma, masyarakat Baduy lebih memilih racikan biopestisida dan rawun pare daripada pestisida pabrikan yang dianggap dapat meracuni dan merusak lingkungan. Upaya mengusir hama padi huma tersebut tampaknya cukup berhasil. Buktinya, kejadian puso panen padi huma akibat gangguan hama sangat jarang terjadi di Baduy. Mengapa demikian? Pasalnya, berbagai tumbuhan untuk biopestisida atau rawun pare orang Baduy dikenal secara ilmiah (etik) termasuk kategori tumbuhan pengusir hama (repellent).
Hasil panenan suku baduy yang berupa padi pun tidak boleh dijual, padi hanya untuk kebutuhan mereka saja, tidak diperjual belikan, mereka hanya menjual hasil panenan lainnya seperti pisang, durian, dll, aturan ini  juga dilaksanakan oleh semua masyarakat baduy. Untuk memenuhi kebutuhan tambahan mereka seperti biaya untuk upacara-upacara adat mereka menjual madu, kain songket, kerajinan-kerajinan tangan, tas, dll, uang yang didapatkan dari hasil itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, kebutuhan yang tidak mereka hasilkan seperti garam, minyak, serta bumbu-bumbu. Madu Baduy sangat terkenal di daerah Banten karena tidak dicampur dengan bahan lainnya, sehingga sering disebut madu asli. Mereka menjual madu dan hasil kerajinan lainnya sampai ke kota.
. Kehidupan mereka yang sederhana membuat mereka tidak terlalu mementingkan harta, yang penting uang yang mereka miliki cukup untuk makan dan kebutuhuan penting lainya. Sebuah nilai kearifan lokal yang sekarang ini jarang bisa ditemui lagi mengingat sekarang ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa uang adalah segalanya dan uang adalah raja yang harus mereka cari dan kumpulkan sebanyak-banyaknya untuk keberlangsungan hidup mereka.
Ada dua sistem pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat Baduy, yaitu struktur pemerintahan nasional yang mengikuti aturan negara Indonesia dan struktur pemerintahan adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercayai oleh masyarakat. Kedua sistem pemerintahan tersebut digabungkan dan dibagi perannya sedemikian rupa sehingga tidak ada benturan dalam menjalankan tugasnya. Seluruh masyarakat Baduy paham dan saling menghargai terhadap kedua sistem tersebut, sehingga mereka tahu harus kemana jika ada urusan atau permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "Pu'un" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan Pu'un tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapu'unan (kepu'unan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah. Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung.
Kemampuan masyarakat baduy yang bisa menjalankan dua sistem pemerintah baik itu sistem adat dan sistem pemerintahan nasional, merupakan bukti kemampuan hebat yang didasari oleh nilai-nilai kearifan lokal masyarakat untuk tetap melestarikan adat istiadat tetapi juga tetap menggunakan sistem pemerintahan nasional sebagai rasa nasionalisme warga masyarakat baduy. Menggunakan dua sistem kepemerintahan sekaligus tentunya jelas akan banyak hambatan  yang ada dalam pelaksanaanya karena bisa saja aturan yang ada saling tumpang tindih atau bahkan berbenturan, tetapi kemampuan masyarakat Baduy untuk memposisikan dirinya menjadi salah satu kunci keberhasilan dua sistem ini digunakan secara bersamaan.
Suku Baduy sangat memegang teguh pikukuh karuhun, yakni suatu doktrin yang mewajibkan mereka melakukan berbagai hal sebagai amanat leluhurnya (Kurnia, 2010: 28) Pikukuh karuhun tersebut antara lain mewajibkan mereka untuk:
1.           Bertapa Bagi Kesejahtraan dan Keselamatan Pusat Dunia dan Alam Semesta.
2.           Memelihara Sasaka Pusaka Buana.
3.           Mengasuh Ratu Memelihara Menak.
4.           Menghormati Guriang dan Melaksanakan Muja.
5.           Mempertahankan dan Menjaga Adat Bulan Kawalu
6.           Menyelenggarakan dan Menghormati Upacara Adat Ngalaksa
7.           Melakukan Upacara Seba Setahun sekali.
Upacara Seba sudah menjadi tradisi yang sifatnya wajib dilaksanakan setahun sekali pada bulan Safar awal tahun baru sesuai dengan penanggalan adat Baduy (berkisar bulan April-Mei pada tahun Masehi). Tujuan dari kegiatan ini adalah ekspresi rasa syukur dan penghormatan Suku Baduy kepada Pemerintah. Bentuk rasa syukur dan penghormatan ini dengan mempersembahkan sesuatu yang dianggap berharga (sesaji, dalam konteks ini adalah hasil panen) bagi Suku Baduy untuk diberikan kepada Pemerintah (dalam hal ini Bupati Kabupaten Lebak).
Adapun mitos dibalik Upacara Seba yaitu Bhatara Tunggal dipercaya oleh Suku Baduy sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Tempat kediamannya terletak di hulu sungai Ciujung dan Cisimeut. Tempat keramat tersebut oleh Suku Baduy dinamakan Arca Domas, yang tertutup bagi siapapun kecuali pemimpin Suku Baduy atau Puun (Rafiudin, 1995: 21).
Sungguh sebuah nilai kearifan lokal dimana tujuan upacara seba adalah sebagai rasa ucap syukur kepada pemerintah, masyarakat baduy memberikan hasil panenanya kepada pemerintah dengan tulus dan tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Begitu arif masyarakat Baduy, padahal masyarakat baduy sendiri hampir dipastikan jarang mendapat perhatian dari pemerintah, karena memang masyarakat baduy menutup diri dari lingkungan luar, tetapi mereka tetap mengadakan upacara sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada pemerintah, bayangkan pada kebanyakan masayarakat indonesia saat ini, mereka mendapat perhatian yang banyak dari pemerintah, mereka banyak menikmati fasilitas publik, rumah sakit, sekolah, jalan raya, dll tetapi apa mereka pernah mengadakan sebuah acara sebagai rasa syukur mereka kepada pemerintah? Jarang, bahkan sulit ditemukan, mereka banyak yang hanya mengkritik pemerintah, tetapi suku Baduy, yang jarang diperhatikan, tidak banyak memanfaatkan dan menerima fasilitas publik, mereka tetap bersyukur, begitu jelas terlihat bagaimana nilai-nilai kearifan lokal yang mereka junjung.

Banten juga kental dengan beberapa tradisinya. Salah satunya yang menarik wisatawan adalah kearifan lokal yang dipegang teguh oleh Suku Baduy atau Kanekes dari desa Kanekesyang terletak di kaki pegunungan Kendeng, Lebak. Meski mengisolasi diri dari pengaruh dunia luar, Suku Baduy Luar telah beradaptasi dengan kehidupan modern, jadi mereka gak malu-malu dengan kehadiran wisatawan.
Meski begitu, mereka tetap memegang teguh ajaran leluhur yang diwariskan turun temurun, Lewat mereka, kita diajarkan untuk hidup bersinergi dengan alam tanpa mencemarinya.

PERMASALAHAN PSIKOLOGIS SISWA DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Matematika sangat penting bagi siswa cerdas dan berbakat istimewa dalam abad otomatisasi dan teknologi ini. Banya kompetensi matematika yang di butuhkan dalam dunia kerja atau pun industri saat ini seperti kompetensi daya nalar, berfikir kreatif, pemecahan masalah, berlogika atau kompetensi-kompetensi  matematika lainnya yang sudah diaplikasikan dalam dunia komputer.

Minggu, 29 November 2015

Asal Usul Suku Baduy/Kanekes Banten

Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

SEJARAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA