Senin, 14 Desember 2015

Bahkan Korupsi Itu Sudah Dimulai Dari Recehan

CoinKorupsi di negara kita memang sudah sangat mendarah daging. Kalau korupsi itu sejenis penyakit maka korupsi sudah setara dengan penyakit menular. Penyakit menular yang sangat kronis. Betapa tidak? Hampir semua pelayanan di negeri ini sulit lepas dari yang namanya korupsi.

Tak usah bicara muluk-muluk dengan membahas korupsi yang milyaran bahkan membahas yang triliunan rupiah seperti korupsi Eddy Tanzil dulu yang hingga kini tak ada kabarnya. Biarkan, itu semua sudah ada yang mengurusnya. Kali ini saya akan cerita pengalaman saya saja betapa korupsi itu sudah dimulai dari recehan.

Anda tak percaya? Ini bukti-bukti nyata di kehidupan sehari-hari yang sering terjadi di depan Anda.

  1. Saya beberapa kali mengisi BBM di SPBU milik Pertamina. Jarang sekali duit kembalian receh dibawah Rp 500 perak dikembalikan kepada saya.
  2. Saya Sabtu kemarin dengan anak saya ke Surabaya naik bis dari Terminal Giwangan Jogja. Kembalian bayar peron Rp 100 perak juga diembat, tidak dikembalikan kepada saya.
  3. Kemarin malam, hari Minggu saya dari Surabaya hendak balik pulang ke Jogja. Di terminal bis Purabaya Surabaya juga sama, saat bayar peron uang Rp 500 perak hanya dikembalikan Rp 200 perak, sisanya yang Rp 100 perak dientit (dikorupsi) oleh petugasnya.
  4. Dua minggu yang lalu saya mengurus Naik daya listrik rumah saya ke PLN Kalasan Yogyakarta. Sudah jelas-jelas biaya naik dayanya terpampang resmi gede di website PLN sebesar Rp 251.300 tapi oknum petugas PLN mencoba memainkan harga kepada saya dengan menaikkan harganya menjadi Rp 450 ribu. Apa ini namanya? Bukankah ini masih saudara sekandung dari korupsi juga?


Weleh-weleh itu lah Indonesia. Sudah, tidak usah bukti banyak-banyak, saya rasa bukti empat saja sudah cukup. Saya, kan tidak sedang membeberkan dosa warisan negara kita, hanya menegaskan fakta-fakta bahwa korupsi itu di negeri ini sebenarnya sudah dimulai dari uang recehan dan sangat membudaya hampir di semua perusahaan layanan publik . Korupsi itu masih sangat mendarah daging dan diminati para pelakunya. Sama diminatinya seperti nyalon untuk menjadi ketua KPK. Ha.....Ha......Ha.......

Jika ada orang berkata uang sejuta kalau tak ada uang Rp 100 perak di dalamnya maka belum lah genap satu juta, maka analoginya sama, jika korupsi yang kecil-kecil saja masih membudaya dan sulit diberantas tentu lebih sulit lagi dong memberantas korupsi gede yang masuk KPK. Makanya banyak pihak mati-matian membela KPK dan berharap tetap ada sampai benar-benar saatnya nanti KPK tidak dibutuhkan lagi.

Menurut Anda kapan dan tahun berapa kira-kira KPK sudah tidak dibutuhkan lagi?

oleh: Diptara Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar