Minggu, 18 Oktober 2015

KAJIAN TEMATIK FILSAFAT



Dalam pendekatan tematik, filsafat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu ontologi (metafisika), epistemologi, dan aksiologi.

1.    ontologi/metafisika : bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas (noumena). Dalam kajian filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan "ada" (things). Dalam bidang ini termasuk juga filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.

Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini.

2.    epistemologi : bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu atau "ada" tersebut. Beberapa bidang yang termasuk ke dalam epistemologi adalah filsafat ilmu, metodologi, dan logika.

Epistemologi yang lebih jelas diungkapkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologies.

3.     aksiologi      : bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai.
Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika.

Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.

Cabang-cabang ilmu filsafat ini berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran filsafat. Misalnya, logika dikembangkan oleh Aristoteles. Sementara itu, epistemologi dikembangkan oleh I mmanuel Kant ketika ia mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika mempersepsi sesuatu.

Dari bidang ontologi, akan kita kenal pandangan materialisme Karl Marx berdasarkan pada pemikirannya bahwa segala sesuatu yang ada ini bersifat materi. Dapat dikatakan bahwa Karl Marx menolak kajian metafisika dan lebih mengakui ontologi. Sebagai catatan, kecenderungan penolakan terhadap metafisika ini sebenarnya memang berkembang pesat pada era filsafat modern.



Dari bidang epistemologi, akan kita ketahui paham-paham seperti rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme memandang bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari akal, sedangkan empirisme memandang sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Berikut ini diberikan penjelasan tentang pengalaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.

Pengalaman
Pengalaman berhubungan dengan realitas yang dialami manusia lewat panca indra. Pengalaman bersifat sangat subjektif, karena memiliki objek yang tetap namun subjek yang berbeda, memiliki objek yang berubah namun subjek yang tetap maupun memiliki objek yang berubah tetapi subjek berbeda pula.

Pengetahuan
-   Adanya "sensation" (kesadaran, peristiwa mental) setelah mengindra realitas (pembeda dengan hewan)
-  Proses mental yang melalui akal budi (berpikir) menjadikan pengalaman menjadi pengetahuan. (contoh: ilmu tentang kerokan, obat kumis kucing)
Ilmu pengetahuan:
-  Pengalaman (pengetahuan) yang telah diolah secara kritis lewat akal budi menjadi ilmu pengetahuan karena memiliki:
(1) paradigma
(2) teori
(3)  metodologi

Dalam bidang teori pengetahuan, terdapat tiga cara pandangan yang dominan dalam bidang filsafat. Ketiga cara pandang tersebut adalah rasionalisme, empirisme, dan kritisisme.

Rasionalisme
-  Rasionalisme dicetuskan oleh Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Peran
-  Menurut Descartes, rasio adalah satu-satunya sumber pengetahuan
-  Kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya diatasi oleh kemampuan yang dimiliki rasio
-  Pemikiran Descartes yang terkenal adalah cogito ergosum "saya berpikir, karena itu saya ada"
-  Mengunakan upaya ilmiah dengan "metode skeptis"
-  Rasionalisme memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal.
-  Dalam penelitian menggunakan metode deduksi

Empirisme
-  Empirisme adalah paham pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman empiris, bukan semata-mata dari rasio
-  Filosof-filosof inggris memiliki paham empirisme, diantaranya David Hume (1711-1776), john Locke (1632-1704), dan Goerge Berkeley (1685-1753)
-  Francis Bacon mengatakan empirisme adalah pengamatan- pengamatan partikular lalu membentuk kesimpulan umum
-  John Locke menganggap bahwa rasio manusia mula-mula harus dianggap "as a white paper" yang artinya pada saat lahir manusia belum memiliki pengetahuan apa-apa
-  Dalam penelitian menggunakan metode induksi

Kritisisme
-  Aliran ini diperkenalkan oleh I mmanuel Kant (1724-1804)
-  Aliran ini merupakan sintesis antara rasionalisme dan empirisme
-  Menurut I mmanuel Kant, rasio dan Empiri adalah sama-sama sumber pengetahuan, yaitu kesan-kesan empiri dikonstruksikan oleh rasio melalui kategori-kategori sehingga menjadi pengetahuan.

cr: 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar