A. Perkembangan
Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno
Sejarah
menunjukkan bahwa kini filsafat tidak lagi membawa pemikiran mengenai adanya subjek
besar sebagaimana masa lalu. Kemajuan ilmu pengetahuan, terutama ilmu
pengetahuan alam, telah menggoyahkan dasar-dasar pemikiran filsafat.
Filsafat mulai
berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam
pendekatan dan perekat kembali berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah
berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi jelaslah bagi kita
bahwa filsafat
berkembang
sesuai dengan perputaran dan perubahan zaman. Paling tidak, sejarah filsafat
lama membawa manusia untuk mengetahui salah satu cerita dalam kategori filsafat
spiritual kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya
Zarathusthra, dari keluarga
sapitama, yang
lahir di tepi sungai, yang ditolong Ahura Mazda dalam masa pemerintahan
raja-raja Akhmania (550-530 SM).
1. Timur Jauh
Yang termasuk
wilaya timur jauh ialah China, India, dan Jepang. Di India berkembang filsafat
spiritualisme, Hinduisme dan Buddhisme. Sedangkan di jepang berkembang
Shintoisme, begitu juga china berkembang Taoisme dan konfusianisme (Gazalba,
1986:60).
a. Hindu
Hindu adalah
konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang
dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna
sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi). Karma tersebut pada akhirnya akan
menentukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta.
b. Budha Pencetus
agama Buddha ialah Sidarta Gautama (kira-kira 563 -483 SM) sebagai akibat dari
ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang
sering
menimpa manusia.
Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi selama enam tahun, secara
tiba-tiba dia menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasan-gagasan
itulah
yang kemudian
menjadi dasar agama Hindu (Sanuel Smith, 1986:12).
c. Taoisme
Pendiri Taoisme
ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna
filsafat adalah jalan Tuhan atau sabda Tuhan, Tao ada dimana-mana, tetapi tidak
berbentuk
dan tidak pula
diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Manusia harus hidup selaras dengan
Tao dan harus bisa menahan nafsunya sendiri.
d. Shinto
Shinto merupakan
salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat jepang. Sejak abad ke 19
Shinto telah mendapat status agama resmi Negara, yang menitik beratkan pemujaan
alam dan pemujaan leluhur. Agama Shinto memiliki banyak upacara keagamaan.
2. Timur Tengah
a. Yahudi
Yahudi berasal
dari nama seorang putra Ya’kub, Yahuda, putra ke empat dari 12 orang
bersaudara. Pemikiran-pemikiran filsafat Timur Tengah muncul sekitar 1000-150
SM.
b. Kristen
Pengikut agama
Kristen pada waktu itu tidak ubahnya seperti pengikut agama lain, yaitu dari
golongan rakyat jelata. Setelah berkembang, pengikutnya pun merambah ke
kalangan atas, ahli
pikir (filosof)
dan kemudian para pemikir. Atas kemajuannya, zaman ini disebut zaman patristic.
3. Romawi dan
Yunani : Antromorpisme
Antromorpisme
merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sifat Tuhan (Pencipta) dengan sifat
yang ada pada manusia (yang diciptakan).
B. Reaksi
Terhadap Spiritualisme di Yunani
Spiritualisme
merupakan suatu aliran filsafat yang mementikan kerohanian, lawan dan
materialisme (Poerdarminta, 1984:963). Karena itu spiritualisme mendasari semua
yang ada di alam terdiri dari ruh, sukma, jiwa yang tidak berbentuk dan tidak
menempati ruangan. Jiwa
mempunyai
kekuatan dan dapat melakukan tanggapan (voorsteling) atau sesuatu yang bukan
berasal dari tangkapan panca indera, yang datang secara tiba-tiba berbentuk
gambaran. Dengan kata lain jiwa adalah alat untuk menerima sesuatu yang
bersifat non-materi yang tidak bercampur dengan tangkapan-tangkapan pancaindera
lahiriyah. Jiwa ini menangkap angan angan yang murni dan alami pada lapangan
metafisis (Suryadipura, 1994:105).
Namun demikian ,
ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran
spiritualisme yang dianggap tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Maka
lahirlah aliran materialisme. Diantara tokohnya adalah Leukipos dan Demokritus
(460-370 SM), yang
menyatakan semua
kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi. Kemudian lahir pula
aliran Rasionalisme Rene Descartes, yang menyatakan bahwa pusat segala sesuatu
terletak pada dunia rasio, sementara yang alin adalah objeknya. Demikianlah
rangkaian reaksi
filosof terhadap
aliran spiritualisme. Sebenarnya aliran ini tidak saja bergulir di Yunani ,
tetapi juga di dunia Barat dan Eropa.
C. Pemikiran
Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Suatu pandangan
teoritis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan dimana pemikiran itu
dijalankan, begitu juga lahirnya filsafat yunani pada abad ke-6 SM. Bagi orang
yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di
Yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama bidang filsafat pendidikan.
D. Pemikiran
Filsafat Pendidikan Menurut Socrates (470-3 SM)
Dalam sejarah
filsafat, Sacrates adalah seorang pemikir besar kuno, yang gagasan filosofis
dan metode pengajarannya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di
seluruh dunia Barat. Prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah metode dialektis.
Metode ini digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan
untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat untuk menguji coba
diri sendiri, dan untuk memperbaiki pengetahuannya.
Pemikiran
Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM)
Menurut Plato,
pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun warga
Negara . Negara wajib memberikan pendidikan pada setiap warga Negara. Namun
demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti sesuai
dengan bakat, minat
dan kemampuan
masing sesuai dengan jenjang usianya.
F. Pemikiran
Filsafat Pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM)
Menurut
Aristoteles agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan.
Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan
pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal guna mengatur nafsu-nafsu.
Akal sendiri tidak berdaya sehingga ia memerlukan dukungan-dukungan perasaan
yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan
yang baik itu mempunyai tujuan untuk kebahagiaan . Dan kebahagiaan tertinggi
adalah hidup spekulatif (Barnadib, 1994:72).
Aristoteles juga
menganggap penting pembentukan kebiasaan pada pendidikan dasar. Pada tingkat
pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar