TEORI NILAI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Filsafat Pendidikan
Disusun Oleh :
Kelompok 10
1. Delima Andriyani (2225140317)
2. Meidita Nur Azizah (2225140954)
3. Nur Alviah (2225140940)
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan”.
Dalam
makalah ini akan kami uraiakan tentang “Teori Nilai” dalam rangka memenuhi
tugas kam. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara langsung ataupun tidak langsung dengan tulus hingga
terselesaikannya tugas ini, khususnya kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Filsafat Pendidikan. Akhir kata, kami berharap semoga
tugas yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Serang, April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pada awalnya
yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari
filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu. Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada
hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat.
Dalam
perkembangan berikutnya, filsafat tidak hanya dipandang sebaga induk dari
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga
mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektorial. Dalam konteks inilah ilu sebagai
kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).
Meskipun pada
perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak
berarti hubungan dilsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri
kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang
tegas diantara masing-masing ilmu. Dengan kata lajin tidak ada bidang
pengetahuan yang menjadi penghubung lmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat
berusaha untuk menjadi penghubung masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah
mengatasi spesialisasi dan memutuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan
atas pengalaman kemanusian yang luas.
Dalam makalah
ini kami akan membahas tentang teori nilai dalam filsafat. Membahas tentang
nilai atau teori niali berarti kita membahas tentang aksiologi karena aksiologi
merupakan bagian filsafat yangg mempersoalkan nilai dan penilain, terutama
berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai. Aksiologi
adalah salah satu bagian filsafat yang mempersoalkan tentang nilai. Sebagai
bagian dari filsafat, aksiologi atau filsafat nilai da penilaian secara formal
baru muncul pada pertengahan abad ke-19.
2.
Rumusan
Masalah
· Apakah
yang dimaksud dengan aksiologi?
· Apa
sajakah karakteristik dan tingkatan nilai?
· Apa
sajakah yang termasuk jenis nilai?
· Apakah
yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai?
3.
Tujaun
Penelitain
· Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan aksiologi.
· Dapat
mengetahui apa saja karakteristik dan tingkatan nilai.
· Dapat
mengetahui apa saja jenis nilai.
· Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Nilai
A.
Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang
berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair,
dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem
seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana
tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu
institusi dapat terwujud.
Menurut Richard Bender, suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang
memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian dengan pemuasan
kebutuhan yang diakui bertalian, atau yang menyummbangkan pada pemuasan yang
demikian. Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat ialah pencapaian dan
sejumlah pengalaman nilai yang senantiasa bertambah.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada
umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat
banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang
khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan
dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan
estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.
Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan tentang
nilai yaitu sebagai berikut:
1.
Nilai dalam bahasa Inggris value,
bahasa Latin valere (berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat).
2.
Nilai ditinjau dari segi Harkat
adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,diinginkan,
berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan.
3.
Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan
adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai sesuatu
kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah “tidak bernilai” atau “nilai
negative”. Baik akan menjadi suatu nilai dan lawannya (jelek, buruk) akan
menjadi suatu “nilai negative” atau “tidak bernilai”.
4.
Nilai ditinjau dari seudut Ilmu
Ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar benda-benda material,
pertama kali mengunakan secara umum kata “nilai”.
Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004:318)
mengatakan bahwa nilai itu sangat erat kaitannya dengan kebaikan atau dengan
kata „baik‟, walaupun fakta baiknya, bisa berbeda-beda satu sama yang lainnya.
Secara
historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral
(morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih
akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the
theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta
tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu
teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik
(what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang
untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep
semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought/should). Demikianlah aksiologi
terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral
dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Secara
etimologis, istilah aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari
kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.
B.
Karakteristik dan Tingkatan Nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai,
yaitu :
1.
Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran
yang menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
2.
Nilai absolute atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku
sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abash sepanjang
masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas
social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai
dengan keinginan atau harapan manusia.
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan atau hierarki
nilai :
1.
Kaum Idealis
Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana nilai
spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (niai material).
2.
Kaum Realis
Mereka menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas, sebab
membantu manusia menemukan realitas objektif, hokum-hukum alam dan aturan
berfikir logis.
3.
Kaum Pragmatis
Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya,
apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental.
Mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang meghargai masyarakat.
C. Jenis Nilai
Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2, yaitu:
a. Etika dan Pendidikan
a. Etika dan Pendidikan
·
Etika
Etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan.
Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyebutkan
dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika
merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya
dalam kehidupan. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan
perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika
merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
·
Filsafat Pendidikan Islam dan
Etika Pendidikan
Antara ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah
moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran,
sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan
keberanian moral. Sangat sulit membayangkan perkembangan iptek tanpa adanya
kendali dari nilai-nilai etika agama. Untuk itulah kemudian ada rumusan pendekatan
konseptual yang dapat dipergunakan sebagai jalan pemecahannya, yakni dengan
menggunakan pendekatan etik-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam
coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan masing-masing
pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini
berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu
kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hanya pada
siswa melainkan pada seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam. Terwujudnya kondisi mental-moral dan spritual religius
menjadi target arah pengembangan sistem pendidikan Islam. Oleh sebab itu
-berdasarkan pada pendekatan etik moral- pendidikan Islam harus berbentuk
proses pengarahan perkembangan kehidupan dan keberagamaan pada peserta didik ke
arah idealitas kehidupan Islami, dengan tetap memperhatikan dan memperlakukan
peserta didik sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang
sosio budaya masing-masing.
b.
Estetika dan Pendidikan
·
Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
·
Filsafat Pendidikan Islam dan
Estetika Pendidikan
Adapun yang mendasari
hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan adalah lebih
menitik beratkan kepada “predikat” keindahan yang diberikan pada hasil seni.
Dalam dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler
mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni:
1.
Seni sebagai penembusan terhadap realitas,
selain pengalaman.
2.
Seni sebagai alat kesenangan.
3.
Seni sebagai ekspresi yang
sebenarnya tentang pengalaman.
Namun, lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaklah nilai
estetika menjadi patokan penting dalam proses pengembagan pendidikan yakni
dengan menggunakan pendekatan estetis-moral, dimana setiap persoalan pendidikan
Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta
masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya
menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni (sesuai dengan Islam).
D. Hakikat dan Makna Nilai
Hakikat dan
makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat
kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan
berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta,
memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung
proses psikologis, dan berkembang kearah yang lebih kompleks.
Mengenai
makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai menpunyai beberapa macam makna. Sejalan
dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam. Rumusan yang bisa penulis
kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung
nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai
artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang
mengambil sikap “menyetujui” atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi
nilai, artinya menanggapi seseuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal
yang menggambarkan nilai tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus
Lorens. 2005. Kamus Filsafat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
O. Kattsoff, Louis. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
Gazalba, Sidi. (2002). Sistematika Filsafat, Buku keempat, Pengantar Kepada Teori Nilai.
Jakarta : Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar